>











Meneutut kalian, apa yang ada dalam pikiran mereka ya? Ayo bagi pendapat kalian?
>Hari ini adalah hari terakhir ujian. It’s done then. Sudah selesai. Aku juga sudah ngoreksi, tinggal remedy-remedy aja.

Seperti biasa di jam pertama aku off. Aku habiskan waktu di jam kosong itu untuk facebook-an dan twitter-an. Bukan untuk ngobrol ato apa, tapi lebih ke main pet society. Main game. Tadi udah berhasil naik beberapa level seh, tapi masih rangking paling buncit. Masih harus banyak “kerja keras.”

Pagi tadi banyak anak kelas XII yang ngambil undangan untuk pengumuman kelulusan besuk. Sebagian yang sudah dapet undangan terus main ke lab. As the result, lab komputer hari ini jadi rame banget. Beberapa anak kelas XII yang lain, lebih milih untuk di kelas mereka. Ngobrol-ngobrol pastinya, mungkin mumpung ketemu.

Anyway, sesuatu jika dijalani dengan hepi maka akan tidak terasa. Itulah yang terjadi tadi, saking asyiknya aku main pet society, tiba-tiba waktu ujian di jam pertama hampr habis. Salah satu anak kelas XI, Sulistyanto alias Cumi, suddenly sat beside me. “Lho udah selesai,” kataku. Pas aku tanya pelajaran apa, dia menjawab Penjas. “Oo…pantes,” jawabku.

Di jam kedua, as always, aku bertugas lagi. Kali ini aku dapet giliran di ruang tiga, ruangnya anak X-2 dan XI Alam 2. Mapel yang diujikan adalah Geografi (untuk kelas X) dan Tata Boga (untuk kelas XI Alam). Partner kerjaku kali ini ialah Ibu Alfi. Kelas XI, pagi tadi, mengerjakan soal-soal ujiannya dengan cepat. Kurang dari satu jam mereka semua sudah keluar dari ruang. Kalau tidak salah sekitar 30-45 menit sudah selesai. Sangat berbeda dengan kelas X yang memerlukan waktu cukup lama untuk mengerjakan.




Seperti hari-hari sebelumnya, tidak terjadi kecurangan di ruang ini. Semua bekerja sendiri. Akan tetapu, sepertinya siswa-siswi di ruang ini tidak terlalu percaya diri dalam mengerjakan tes. Beberapa dari mereka masih terlihat berusaha untuk mencontek. Satu dua anak masih tertangkap mata bertanya ke temannya. Meskipun demikian, secara keseluruhan keadaan sangat bisa dikendalikan.

Selama seminggu ini, aku pikir pelaksanaan ujian verjalan dengan lancar. Hampir semua anak SMANGA bersikap jujur dan bertanggung jawab, paling tidak setahuku, ketika aku mengawasi mereka. Memang masih ada kekurangan disana sini, tapi semua itu wajar. Singkatnya, di tengah minus yang bisa ditemukan, banyak sekali nilai plus yang berserakan. Terutama di diri anak-anak, yang telah berusaha mengerjakan ujian akhir semester dengan usahanya sendiri. Mereka semua adalah anak-anak yang hebat!!
>Seperti biasa di jam pertama aku tidak mengawasi. Kali ini aku harus ngurusi Listening Section. Aku harus mastiin Listening yang mana yang harus diputer, coz di dalam CD ada dua Listening, tanpa keterangan yang mana untuk kelas X, yang mana untuk kelas XI. Setelah harus nyari soal ke ruang-ruang, aku kemudian buru-buru ngecek materi LC-nya.

Setelah diputar, aku lalu sempatkan untuk ngecek ke tiap ruang bagaimana keadaan soundnya. Secara keseluruhan suara di tiap ruang bisa didengar, walau volumenya tidak sama. Di satu kelas ada yang terlalu keras, tapi di kelas lain ada yang terlalu pelan. Ada yang cempreng, ada yang ga gitu cempreng (ga ada yang ga cempreng). Keadaan tersebut tentunya memunculkan potensi adanya masalah bagi siswa. Tapi for now tidak ada yang bisa dilakukan, ke depan lebih baik aja.

Anyway, di jam kedua dan ketiga aku ngawasi kembali. Secara berurutan, aku bertugas di ruang 12 dan 01. Sedangkan mapel yang diujikan adalah Penjasorkes dan setelah itu Bahasa Indonesia.

Di ruang 12 aku bertugas bersama Ibu Endang L. mengawasi anak-anak kelas X-6. Seperti hari-hari sebelumnya, jalannya ujian akhir semester berlangsung lancar. Anak-anak bersikap dengan baik, tidak ada yang berbuat curang, ataupun sekedar berusaha berbuat curang. Mereka juga bisa mengerjakan soal-soal yang ada dengan cepat sehingga sebelum waktu yang diberikan berakhir, mereka sudah selesi mengerjakan materi ujian.



Begitu pula yang terjadi di ruang 01, pada siswa-siswi kelas X-1. Mereka semua juga berlaku dengan tertib dan juga jujur. Dari awal tes hingga akhir, tak satu pun anak yang “usreg.” Semua tenang mengerjakan soal-soal di depan mereka. Sangat tenang malah. Berbeda dengan ruang 12, anak-anak ruang 01 benar-benar memanfaatkan waktu hingga saat-saat terakhir. Ketika bel waktu mengerjakan berbunyi, sebagian besar dari mereka baru mengumpulkan lembar jawabnya. Dua anak bahkan masih menyelesikan pekerjaanya.

Singkatnya, hari ini semua berjalan sesuai keinginanku. Inilah anak SMANGA yang aku inginkan, jujur dan bertanggung jawab. Benar-benar educated.
>Pagi ini dingin banget, terutama airnya. Saking dinginnya aku sampai ga berani mandi, sampai harus ngerebus air dulu. Lebay mungkin kali ya, tapi dingin banget rasanya.

Ntar kalau aku mandi trus kedinginan gimana coba? Ntar kalau kedinginan trus aku pilek gimana coba? Kalau pilek trus badanku jadi panas gimana coba? Kalau badanku panas trus aku ga masuk gimana coba? Kalau aku ga masuk trus kamu kangen giman coba? Kalau kamu kangen trus jadi ga nafsu makan gimana coba? Kalau kamu ga nafsu makan trus jadi sakit gimana coba?

Kan aku ga mau kamu sakit? Hwakakakakakaka… :D

Lebay poll!

Anyway, as usual, ketika aku sampai di skul tes yang jam pertama sudah dimulai. Kali ini, untuk mengisi waktu, aku pergi ke perpus dan disana aku menghitung rata-rata nilai vocabulary testnya anak kelas XI Sosial. Ada yang masih belum ikut ternyata. So, aku masih harus ngasih V-test susulan neh.

Di ruang perpustakaan, banyak sekali anak-anak kelas XII yang mencari tau tentang nilai ujian praktek Tata Busananya. Beberapa dari mereka bahkan harus remedy ujian itu. Selain mereka, di perpus juga ada Mbak Ngat dan Mbak Yani tentunya. Cukup ramaim tapi aku tetap konsen mengerjakan nilaiku.

Setelah menyelesaikan tugasku, aku melayani anak-anak kelas XII yang meminta remedy ujian praktek, entah itu writing atau speaking. Seharusnya semua ujian sudah selesai bagi mereka, tapi bagaimana lagi, ada kecenderungan dalam diri mereka untuk tidak serius dan mengentengkan dalam menghadapi ujian praktek. Tapi tidak apa-apa, semua itu adalah proses pendewasaan diri buat mereka. Setiap langkah kecil yang mereka buat, entah itu baik atau buruk, adalah langkah besar untuk kehidupan mereka.

Di jam kedua, aku ngawasi di ruang 9. Bersama Bu Handayani aku kali ini, ngawasi anak-anak X-5 dan Xi Sosial 3, salah satu kelas XI sosial favoritku.


Seperti biasa, sebelum memulai tes, aku cek dulu meja dan kursi, aku pastikan tidak ada yang terlalu rapat. Segera setelah aku pastikan semua baik-baik saja, ujian pun dimulai.
Kali ini mata pelajaran yang diujikan adalah Sejarah (untuk kelas X) dan Bahasa Indonesia (untuk kelas XI). Bagi kelas X waktu yang tersedia adalah 90 menit sedangkan untuk kelas XI, karena ada mengarang, waktunya ialah 120 menit.

Seperti biasa, tes berlangsung dengan lancer. Anak-anak mengerjakan soal-soal yang ada dengan tenang. Sesekali aku berjalan mengawasi mereka untuk memastikan semua berjalan sesuai aturan. Terkadang aku berdiri di belakang, yang merupakan posisi paling bags untuk mengawsi ujian.


Merasa keadaan terkendali, aku lalu duduk di depan sambil ngobrol dengan Bu Handayani. Namun ketika mengobrol itulah, aku melihat salah satu anak kelas XI, di deretan nomor dua dari belakang, menoleh ke teman di belakangnya. Aku perhatikan dia nampaknya bukan menoleh untuk meminjam tip-ex, penggaris, atau semacamnya. Dia mencontek. Aku perhatikan dia, dan aku pastikan bahwa dia tau kalau aku sedang memperhatikan dia. “Aku beri dia kesempata sekali lagi,” begitu batinku. Di saat yang sama, setelah aku yakin dia tahu aku memperhatikannya, aku coba memancing dia. Aku mengobrol kembali dengan Bu Handayani, dan ternyata dia mencontek lagi! Ya sudah angsung saja, lembar jawab anak tadi, dan anak yang diconteknya aku ambil.

Mereka, semua anak-anakku,sudah sangat tau apa yang aku inginkan dari mereka. Aku ingin mereka jujur, mengerjakan soal-soal sendiri, bertanggung jawab dengan pilihan mereka (jika tidak belajar maka harus siap untuk mendapatkan nilai jelek, en siap berarti ketika mereka tau mungkin dapat nilai jelek, mereka tidak mencontek). Mereka sudah sangat tau itu. Mereka sangat tau bahwa aku tidak suka banyak omongan, bahwa ketika mencontek aku akan langsung mengambil lembar jawab mereka, baik itu yang nyontek ataupun nyonteki.

Itu yang terjadi tadi. Selain kejadian itu, jalannya tes berlangsung baik-baik saja.

Itu pula yang terjadi di jam ke-3, di ruang 10. Semua berjalan lancer. Apalagi di jam terakhir ini hanya anak kelas X yang harus diawasi. Otomatis jauh lebih mudah pengawasannya. Di ruang yang berisikan anak-anak kelas X-5 tadi, aku kebanyakan duduk di belakang mengawasi mereka. Ketika pengawas ada di belakang, bisa dipastikan mereka sudah tak berkutik. Karena jika ingin berbuat curang, mereka harus melihat aku terlebih dahulu alias menengok ke belakang dulu. Mengapa begitu? Karena jika mereka tidak ngecek aku dulu, mereka tau kemungkinan besar mereka akan tertangkap basah mencontek. Namun di saat yang sama, ketika melihat posisiku, mereka sudah tertangkap basah berusaha mencontek.

Tapi seperti halnya anak-anak SMANGA lainnya, anak kelas X-5 sudah tau apa yang harus dilakukan. Mereka tak terus-terusan melihat ke belakang, mengecek aku. Dengan kata lain, mereka tidak berniat curang. Memang ada beberapa yang berusaha bertanya, tapi yang ditanya menjawab tidak tahu makanya aku biarkan. Secara keseluruhan, ujian akhir semester mata pelajaran Tata Busana di jam terakhir tadi berjalan dengan baik. Meski mereka tidak ingin, aku doakan mereka yang tebaik.
>Pagi hari Selasa itu, ketika keluar rimah, aku menyadari kalau cuacanya mendung. Aku pikir keadaannya akan seperti biasa, yang cuma mendung saja tanpa hujan. Lagipula kan sudah bulan Juni, seharusnya musim sudah berganti tentunya. Tapi ternyata perkiraanku salah.pas masuk hutan, bisa aku lihat kalau titik-titik air mulai turun. Awalnya aku mikir bahwa keadaannya tidak akan memburuk, bahwa hanya akan gerimis saja. Sekali lagi aku salah, ai turun semakin rapat, hujan semakin deres! Untung banget aku bawa jas hujan. Ya sudah, aku tepikan sepeda motorku dan aku pasang pengaman anti airku. Beres!

Sepanjang perjalanan di hutan, hujan turun dengan lebatnya. Suddenly, saat aku mulai keluar dari hutan, hujan sedikit demi sedikit mereda hingga akhirnya tinggal kapas-kapas air yang berjatuhan. Karena sudah terlanjur memakai jas ujan, dan malas untuk melepasnya, aku memutuskan untuk tetap memakai mantel iitu. Ternyata keputusanku itu benar, walau dari Cabak hingga Ngawen hujan tidak turun lagi, tapi ketika keluar dari Ngawen, mulai dari Trembul hujan mulai turun lagi.

Keadaan hari itu mendung terus. cuacanya juga berangin, cocok banget buat males-malesan atau tidur..he…. Anyway. When I arrived at SMANGA, the test had just began. I was late. Jadi karena telat, aku nggak ngawasi. Selama jam pertama itu aku habiskan waktuku di laboratorium computer. Just tryin to kill the time.

Di jam kedua, aku seperti biasa dapat tugas ngawasi. Kali ini ruang yang aku awasi adalah ruang enam, tempatnya anak X-3 dan XI Sos 1. Kali ini partner ngawasiku ialah Bapak Dwi Untoro.



Di awal masuk ruang aku cek dulu posisi meja dan kursi. Semua beres, ga ada yang berubah sejak terakhir kali aku menata meja itu. Tidak ada satu meja pun yang terlalu dekat jaraknya. Ujian akhir semester di ruang tersebut, hari itu, berjalan dengan lancar. Tidak ada yang berbuat curang, tidak ada satu anak pun yang tengok kiri kanan.

Dari beberapa hari ujian akhir semester berlangsung, aku pikir semua anak bersikap dengan baik. Tidak ada satupun yang harus aku tegur karena bersikap tidak jujur, karena memang semuanya berlaku jujur. Aku sangat bangga dengan mereka. Terlepas dari hasil yang mereka mungkin capai, entah itu baik atau buruk, mereka adalah yang terbaik buatku. Aku sangat salut dengan kejujuran mereka.

>Sudah sejak Jumat kemarin, Ulangan Akhir Semester dilaksanakan.Hari ini, seperti boasanya.ada dua mata pelajaran yang diujikan. Di jam pertama ada Matematika/Kimia/Fisika, sedang di jam kedua siswa-siswi akan mengerjakan Bahasa Jawa/TIK.kalau ga salah seh begitu. Aku tadi tidak terlalu memperhatikan.

Di jam pertama aku tidak mengawasi. Bukan karena tidak mendapatkan tugas, tapi lebih karena aku telat. Sebenarya tadi aku sampai ke sekolah jam 07.13, tidak terlalu telat juga, tapi waktu aku nyampe tadi ujian sudah dimulai. Jujur aku bingung jam berapa dimulainya UAS ini. “Pagi banget” gitu pikirku. so, that was the story.

Anyway, karena tidak ngawasi aku, lalu, memutuskan untuk mengerjakan raport aja, menulis NIP. Aku ngambil raport di mejaku, aku bawa ke perpustakaan dan aku tulis disana. Akhirnya, sebelum jam pertama selesai penulisan raport tersebut bisa aku selesaikan.

Di jam kedua aku mendapatkan tugas untuk mengawasi Ruang 04. Di ruang yang berisi anak-anak kelas X-1 dan XI Alam 2 itu, aku bertugas dengan Bapak Teguh.








Jalannya Ujian di ruang tersebut bisa dikatakan sangat baik. Cuma jarak beberapa meja saja yang terlalu dekat, tapi sebelum tes dimulai sudah dibereskan. Ketika tes berlangsung, semua siswa-siswi tertib mengerjakan soal-soal yang ada. Tidak terlihat adanya usaha untuk berbuat curang. Mereka sudah sangat tahu bagaimana harusnya bersikap, dan itu sangat membanggakan. Berapa nilai yang akan mereka peroleh itu tidak penting, karena dengan bersikap jujur mereka sejak awal adalah pemenang.



Pose Sugeng anak XI Alam 2 di Ruang 04


















Pengawasan di Jumat, 5 Juni 2009

Sebelumnya, di jumat minggu yang lalu aku mengawasi di ruang 11 dan 12. Secara berurutan, di jam pertama aku bertugas di ruang 11, berikutnya di jam kedua giliran ruang 12. Kedua ruang itu adalah tepatnya anak-anak X-6 dan XI Sosial 4, anak-anak kelasku.

Pada saat di jam pertama, pas aku bertugas di ruang 11, aku kaget banget. Aku terkejut karena susunan meja dan kursi telah berubah tidak seperti sebelumnya.

FYI, aku di UAS ini duduk di kepanitian Penata ruang (bersama Bapak Efan, Bapak Gatot, dan Bapak Catur), yang salah satu tugasnya adalah mengatur. Dan Kamis kemarin, aku sendiri, dengan tanganku sendiri mengatur susunan meja dan bangku di tiap ruang (Bapak Efan dan Bapak Catur mengatur susunan nomor peserta dan menempelnya). Di hari itu sudah aku pastikan bahwa tiap meja berjarak 4,5 tegel (untuk tegel besar) dan 7 tegel (untuk yang kecil), tidak ada yang terlewat satupun. Kamis itu juga, aku ingat, meja yang paling depan berjarak 3-4 tegel dengan pengawas.

Tapi, Jumat kemarin, di ruang 11, aku shock karena susunannya sudah berubah. Seperti terlihat di gambar, meja paling depan terlihat mundur, padahal seharusnya sejajar dengan batas pintu. Dengan kata lain, posisi meja telah beberapa tegel dimundurkan.

Selain itu, meja paling belakang yang seharusnya mepet ke belakang, tidak ada ruang sama sekali, malah dimajukan beberapa tegel ke depan. Lihat gambar di bawah.


Aku langsung berpikir, ”kenapa bisa berubah?” Kemudian aku bertanya ke Ibu Rini, yang bertugas bersamaku di ruang itu, “tadi ga dikunci Bu ya ruangnya?” Dan Ibu Rini mengiyakannya. Ya sudah problem was solved. Susunannya dirubah oleh anak-anak.

To be frank, saat itu aku kecewa sekali. Terutama karena di ruang itu adalah ruangnya anak-anak kelasku, yang berarti mereka lah yang merubah meja dan kursi itu. Aku kecewa banget karena mereka lah yang aku harapkan untuk berbuat lebih baik dari lainnya, yang aku paling harapka untuk mematuhi peraturan malah membengkokkan peraturan itu. Mereka sudah sangat tahu bagaimana seharusnya bersikap, tapi malah bertindak yang sebaliknya.

Walaupun begitu, ketika Ujian berlangsung semua anak bersikap baik. Tidak ada yang mencontek sama sekali. Tidak ada yang menoleh sedikitpun. Semua anak sangat tau apa yang aku harapkan. Mereka sudah sangat dewasa dalam bersikap. Itulah yang aku harapkan, mereka konsen dalam mengerjakan dan tidak mencontek. Aku sangat bangga dengan mereka.

But, anyway, tentang hal yang mengecewakan tadi, ketika ujian selesai aku meminta mereka tetap ada di ruangan. Jadi, setelah mengumpulkan lembar jawaban, mereka tetap di kelas dan mengatur meja sesuai aturan. Aku juga bilang ke mereka, ke kelas XI social 4 tepatnya, untuk tidak merubah susunan meja lagi. Aku percaya mereka tidak akan melakukannya lagi.
Selanjutnya di jam kedua, aku bertugas di ruang 12. Sama seperti di ruang 11, anak-anak bersikap dengan baik, walau waktu itu aku tidak terlalu mengawasi mereka, aku ngobrol dengan Pak Dwi. Tapi selama berlangsungnya ujian, aku tak melihat satupun anak yang usrek dan tolah-toleh kiri kanan. Sekali lagi, mereka sudah membuatku bangga.

So far, semua anak, paling tidak ketika aku awasi, sudah tahu bagaimana seharusnya bersikap. Diawasi atau tidak, mereka sudah bisa dengan tenang mengerjakan tanpa berbuat curang. Mereka sudah tahu, bahwa ketika mereka menoleh dan menanyakan atau memberikan jawaban ke temannya sekali saja, saat itu juga, baik yang nyontek ataupun yang nyontekin, akan langsung aku ambil lembar jawabnya. Mereka sudah tahu itu.

Harapanku,nantinya mereka selalu akan bersikap jujur, baik itu ketika diawasi ataupun tidak. Karena bagaomanapun juga, jujur adalah yang terbaik!