Aku tak perlu lagi panjang lebar karena sebagian besar akan sama dengan yang kemarin. Satu yang pasti berbeda adalah tempat aku mengawasi, sekarang di ruang 01, dan partnerku, yang sekarang adalah salah satu guru dari SMA 2 Blora.

Ruang 01 dimana aku bertugas tadi adalah ruangnya anak IPA. Meski IPA dan IPS sama saja, aku pagi tadi merasa bahwa kerjaku akan lebih mudah.

Apakah benar begitu? Tidak juga.

Mengapa? Karena pasangan bertugasku kali ini adalah guru senior. Agak susah kalau aku pengen diem, dan sedikit sungkan juga jika aku terlalu diem. Benar saja, setelah selesai menulis administrasi UN, Ibu guru itu ngajak ngobrol. Of corse, aku juga sesekali menanya balik. Jujur, bukan karena aku pengen ngobrol, tapi untuk kesopanan saja. (aku akan banyak ngomong kalau aku di depan kelas, karena memang aku diharuskan seperti itu. Waktu dan tempatnya tepat.)

Meski begitu, aku juga tak terlalu lama ngobrol, di satu jam terakhir, jam 09.00-10.00, aku malah konsentrasi dalam mengawasi.

Apakah pengawasan hari ini lancar seperti yang aku prediksi? Memang sedikit lebih lancar. Hanya lima anak yang aktif berusaha berbuat curang. Dari lima anak itu, hanya dua anak yang harus dibilangi berkali-kali. Bisa dikatakan hampir semuanya bisa bekerja dengan baik. Tetap ada yang mencoba mencontek, tapi semua bisa dikendalikan.

In short, skor untuk ruang ini adalah delapan. Secara peringkat keseluruhan dari semua orang yang aku awasi, ruang terakhir ini ada di peringkat ke tiga. Mengapa ketiga bukankah skornya sama dengan ruang 10? Karena aku tidak memegang full control dari pertama, masih "terpaksa" ngobrol.

Berikut daftar lengkap dari tiap ruang:
  1. Ruang 05 MAN Blora
  2. Ruang 10 SMA 1 Jepon
  3. Ruang 01 SMA 1 Jepon
  4. Ruang 06 SMA 1 Jepon
  5. Ruang 08 MAN Blora
Setelah tahu berapa menit waktu yang harus aku tempuh dari rumah ke SMA 1 Jepon dan jam berapa bel masuk berbunyi, hari ini aku berangkat lebih siang. Enak juga berangkat lebih siang. Santai. Ga terburu-buru. Sedikit berbeda dengan yang kemarin, sampai di sekolah ruang pengawas sudah ramai. Hanya ada beberapa kursiyang belum terisi. Tiga kursi seingatku.


Aku hari ini mengawasi ruang 10, tempatnya anak-anak IPS. Partnerku hari ini guru yang lebih muda dari aku. Katanya baru lulus tahun 2009 kemarin (info yang aku tahu darinya setelah selesai bertugas). Aku tanya dia,

"Aslinipun pundi Mas? Ngasta dateng pundi?" (hahaha..gaya pake bahasa jawa. Entah bener apa ga tu bahasanya)

Dia bilang asalnya Brebes dan mengajar di SMA 1 Blora.

"Lha, mucal punapa?" (ga usah komentar, aku kan berusaha sopan dengan orang yang ga aku kenal)

"Seni musik," katanya.

Itu semua percakapan yang aku lakukan sambil berjalan menuju ruang 10 setelah bel tanda masuk berbunyi.

Selain beberapa hal tadi, hari ini sama seperti yang lain. So, aku langsung saja ke gimana pengawasan hari ini.

Mencontek adalah salah satu bentuk kecurangan yang sering dilakukan oleh seseorang. Mungkin sepertinya terlihat sepele, tapi hal ini merupakan tindakan unfair yang sangat serius.


Mengapa unfair? Karena mencontek ibaratnya bagai dua orang yang yang sedang balap motor, memulai dengan start yang bersamaan, finish yang sama, tapi dengan mesin motor (cc) yang berbeda.

Satu dengan motor 110 cc, sedang lawannya 500 cc. Dengan keadaan seperti itu, otomatis, satu pembalap memiliki keuntungan lebih dibanding lainnya. Sehebat apapun pembalapnya, jika dia menggunakan motor bermesin 110 cc, maka ada kemungkinan hampir 100% dia akan kalah dengan pembalap yang menaiki motor 500 cc. Meski yang nyetir Valentino Rossi pun ya tetap kalah.

Apakah lomba itu fair? Apakah adil? Tentu saja tidak.

Nah, seperti itulah mencontek. Hal itu tidak fair, karena satu anak mendapatkan keuntungan dibanding anak yang lain.

Mungkin kamu tidak peduli jika menjadi anak yang diuntungkan. Tapi bagaimana kalao kamu yang dirugikan, bagaimana kalau kamu yang menjadi pembalap 110 cc??

Are you okay with that?
>Iya benar, maksud judul di atas adalah bahwa hari ini aku mengawasi ruang 06. Namun berbeda dengan kemarin, pagi tadi aku bertugas di SMA 1 Jepon.

So, bagaimana dengan pengawasan hari ini? Dari skala 0-100, aku beri skor 50 untuk ruang 06.

Pagi tadi aku berangkat jam 06.35an dari rumah. Pertama, karena jarak rumah ke Jepon relatif dekat. Kedua, sebab bel masuk ujian baru akan berbunyi di jam 07.30. Jadi, sudah sangat pas aku berangkat di jam segitu.

Di SMA 1 Jepon,aku sampai pada pukul 07.00. Meski di jalan sempat takut terlambat, tapi ternyata sesampainya aku disana keadaan masih sepi. Cuma ada tiga pengawas perempuan dan tiga laki-laki. Lalu, aku segera menyalami para pengawas. Hanya yang laki-laki.

Biasanya sesampainya aku di skul, saat ada jeda waktu, aku langsung pegang hp dan baca berita, tapi pagi tadi ada salah satu guru yang cukup muda yang mengajakku ngobrol. Ternyata, dia adek kelasku saat SMA. Kejutan pertama hari ini.

Pada waktu bel masuk berbunyi, para guru pengawas ruang langsung menuju papan jadwal untuk mengetahui dimana akan bertugas. Ternyata, kejutan kedua, aku mengawasi di ruang yang sama dengan guru tadi.

Jujur aku senang. Kenapa? Karena aku tidak akan terlalu sungkan untuk menolak berbicara dengan dia :-)

So, singkat aja, seperti kemarin, aku langsung ke ruang, mengecek bangku (udah rapi), mempersilakan anak-anak masuk (mereka menyalami), anak-anak menyiapkan dan berdoa (yang lamaaaa...sekali!). Aku sempat mikir,

"Apa mereka nunggu aku men-"selesai"-kan doa mereka?" (kebiasaan tiap sekolah kadang berbeda)

"Kok lama ya?"

"Doa apa seh?"

"Masa tertidur?!" (hahaha..kalau yang ini kidding)

Setelah doa selesai, aku greet mereka semua dan, lalu, aku bacakan tata tertib UN. Sama seperti kemarin, mereka mendengarkan (tentu saja). Selain itu, urutan kejadiannya juga sama seperti kemarin.

Perbedaanya, terutama jika dibandingkan dengan pengawasan di hari pertama jam kedua, adalah hari ini aku bisa dengan tenang ngawasi. Walau, partner pengawas, yang juga berasal dari Cepu, juga mengajak berbicara tapi tidak seperti kemarin lah. Aku bisa menolak, dan dia sendiri juga tak terlalu banyak ngomong.

Anak-anak juga tenang. Terutama di satu jam pertama. Melewati jam 09.00 beberapa anakmulai terlihat melirik ke teman-temannya. Masih dalam taraf wajar, hanya melirik dengan mata minta pertolongan, tapi belum ditolong, karenanya aku tidak menegur. Dengan melihat saja, mereka sudah diam. Di jam 09.20an anak-anak mulai ada yang berusaha mencontek, tidak sekedar dengan mata, tapi dengan berbisik dan kode. Tentu saja aku mulai menegur mereka. Sampai sejauh ini semua masih bisa dikontrol. Mereka mendengarkan dan kemudian diam ketika ditegur. Masalah mulai muncul ketika waktu melewati 09.30. Jumlah anak yang berusaha mencontek semakin banyak, otomoatis aku memperingatkan mereka.

Sambil tersenyum aku mencoba meyakinkan mereka semua untuk bekerja sendiri-sendiri. Aku berusaha menebalkan kepercayaan diri mereka, bahwa dengan jujur pun meeka akan lulus.

Tapi ternyata, satu anak di kasih tahu, anak yang lain ganti mencontek. Satu anak diingatkan lalu diam. Tak sampai satu menit dia sudah berusaha mencontek lagi.

Secara keseluruhan, pagi tadi, aku seolah berkejar-kejaran. Anak berusaha nyontek, aku menegur. Begitu seterusnya. Bisa dibilang, hari ini sama dengan jam kedua Senin lalu. Bedanya adalah aku bisa berusaha dengan maksimal untuk mengontrol anak-anak agar jujur. Memang aku tidak bisa mengatakan anak-anak 100% jujur, tapi paling tidak aku bisa mengatakan bahwa paling tidak lebih dari 60% pekerjaan mereka dilakukan dengan jujur. Aku juga tidak bilang aku bahagia, bahkan aku sedih melihat merekamasih berusaha mencontek ketika aku sudah memperingatkannya

Seperti yang aku katakan tadi, aku beri nilai 50 untuk kejujuran mereka.

Hari ini bukan pengawasan yang terbaik. Sampai sejauh ini, urutan terbaiknya adalah:
  1. Ruang 05 MAN Blora
  2. Ruang 06 SMA 1 Jepon
  3. Ruang 08 MAN Blora
Semoga esok hari lebih baik lagi. Pasti lebih baik lagi.
Dari kecil sampai kita besar, kita belajar bahwa semua yang hidup di dunia ini pada akhirnya akan mati. Ada hidup, ada mati. Begitulah hidup. Selalu berpasang-pasangan. Seperti halnya ada senang, ada sedih. Kaya dan miskin. Baik dan buruk. Gemuk dan kurus. Lulus dan tak lulus.

Meski kenyataan hidup yang kita pelajari begitulah adanya, tapi ada satu hal yang tak bisa mati di dunia ini. Apa itu?

Drakula atau Vampire?

Keluarga Cullen? (vampire juga)

Werewolf?

Tidak itu semua fiksi. Khayalan belaka. Bukan itu maksudku. Yang aku bicarakan adalah ubur-ubur dari Kepulauan Karibia.


Binatang yang dalam bahasa Inggris dinamakan sebagai jelly fish ini bisa merubah selnya menjadi ke bentuk baru yg lebih muda berkali-kali tanpa batas waktu. Hal ini membuat mereka secara teoritis tidak mempunyai batasan umur.

Hal ini sebenarnya juga bisa dilakukan oleh binatang lainnya, tapi dalam bentuk yang terbatas. Seperti, Salamander (sejenis kadal) yg bisa menumbuhin kaki baru ketika, misalnya, kaki mereka putus. Atau Cicak yang bisa meregenerasi ekor mereka.

Perbedaanya adalah bahwa ubur-ubur asli dari Carribean Islands ini bisa melakukannya tidak terbatasa pada salah satu organ tubuhnya.


Para peneliti saat ini sedang meneliti bagaimana cara binatang bernama latin turritopsis nutricula ini bisa membalik proses penuaan.

Hebat ya? Bagaimana ya kalau kita tak bisa mati?

Sumber:
  1. Kaskus
  2. Yahoo!
  3. SeaNotes
  4. Discovermagazine
  5. Timesonline
  6. Wikipedia
Planet yang kita tinggali ini, Bumi, sudah berjuta-juta tahun ada. Meski kita tinggal di planet ini, tapi kita tidak pernah, atau belum, menjelajahi seisi Bumi ini. Tak usah lah kita berbicara seisi Bumi, mungkin kamu tidak tahu semua daerah di Kecamatanmu, Kabupaten, Provinsi, atau di negara kita. Dunia ini sangatlah luas.

Tapi apakah Bumi kita ini yang paling luas dan yang paling besar? Coba bandingkan dengan planet-planet lain di tata surya kita.



Planet kita kecil banget ya? Sekarang coba bandingkan dengan Matahari kita?


Bagaimana? Planet kita kecil banget atau Matahari kita sangat besar? Keduanya benar ya :) Bagaimana kalau kita bandingkan Matahari kita dengan bintang lainnya? Coba lihat yang berikut ini.


Matahari kita kecil sekali atau Arcturus yang sangat besar? Bahkan Jupiter yang sangat besar pun tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Arcturus. Cuma satu pixel. Bumi pun tidak kelihatan saking kecilnya. Sekarang coba yang berikut ini.


Sudah bisa menemukan Arcturus? Coba bandingkan dengan Antares? Coba sekarang bayangkan perbandingan Bumi kita dengan Antares?

Pendapat kalian dari awal hingga akhir mungkin berubah. Pada awalnya kalian mungkin menganggap Bumi kita sangat besar. Kemudian pendapat itu berubah ketika kalian melihat Jupiter. Opini itu pun segera berubah saat kalian melihat Matahari. Lalu, berubah lagi segera setelah kalian melihat Arcturus. Terakhir berubah lagi setelah mengetahui tentang Antares.

Itulah yang namanya sudut pandang atau persepsi. Kalian merasakan sendiri bahwa sudut pandang kalian berubah. Tapi mengapa sudut pandang kalian berubah? Persepsi kalian berubah karena bertambahnya pengetahan kalian.

Kita sebagai manusia selalu melihat sesuatu sesuai dengan pengetahuan kita. Celakanya, pengetahuan yang sedikit itu tak mencegah kita untuk menilai sesuatu. Kita sering sekali men-judge atau menghakimi seseorang tanpa tahu bagaimana orang itu dan mengapa dia melakukan hal seperti itu. Sering kali pengetahuan kita yang sedikit menyebabkan kita salah paham. Sering kita menilai sesorang, tanpa mengetahui apa yang terjadi pada orang itu.

Ada beberapa hal yang bisa kita tarik sebagai kesimpulan. Pertama, bahwa sesuatu, apapun itu, tak seperti kelihatannya. Terakhir, kita tidak boleh terlalu cepat menarik kesimpulan. Kita harus mengetahui dulu tentang apa, bagaimana,dan mengapa sesuatu itu terjadi.

Bintang di langit pun bisa membuat kita banyak belajar jika kita mau melihat lebih dalam. Bagaimana? Setuju?
Kemarin, Senin 22 Maret 2010, aku melaksanakan tugas pengawasan UN yang pertama. Sesuai jadwal, di hari itu aku mengawasi anak-anak MAN Blora. Sebelum ini aku tidak tahu sama sekali bagaimana MAN dalam menyelenggarakan UN, baik dari segi panitia atau murid-muridnya.

Di awal semua berjalan lancar, panitia cukup bagus meski bukan yang terbaik. Aku sudah pernah melihat sekolah yang lebih baik dalam kepanitiaan.

Pengawasan di Ruang 05

Jam pertama, ujian mata pelajaran Bahasa Indonesia, aku mengawasi di ruang 05. Ternyata aku bertugas dengan ibu Rini, salah satu guru SMA 1 Ngawen, sama denganku. Memasuki ruang ujian, meja sudah tertata dengan baik. Jarak antar bangku juga sudah sesuai dengan aturan. Hanya meja pengawas saja yang ternyata tidak ditempatkan sesuai dengan harusnya, diletakkan di pinggir.

"wah, pertanda buruk nih," kataku dalam hati.

But it's okay, aku ijinkan anak-anak masuk untuk menempati tempat duduk mereka masing-masing.

Seperti kebiasaan anak-anak yang akan ujian, sebelum duduk mereka menyalami pengawasnya (salah satu kebiasaan yang sering aku soroti karena kesemuannya). Ada yang berbeda dengan MAN ini, di sekolah ini, siswa cowok hanya akan menyalami pengawas laki-laki, dan sebaliknya, yang perempuan hanya akan berjabat tangan dengan pengawas putri. Memang mungkin itu karena mereka anak MAN, dan sudah diajarkan demikian,tapi apapun itu, aku pikir, itu merupakan kebiasaan yang bagus.

Setelah mereka duduk, as usual, kelas disiapkan. Ada sedikit yang beda lagi, disini mereka semua berdiri terlebih dahulu dan kemudian baru, ketua yang ada di ruangan, menyiapkan teman-temannya. Kebiasaan yang berbeda dengan pengalamnku selama ini. Baik di sekolahku sendiri, di SMA tempatku bekerja, atau di sekolah lain yang pernah aku ketahui.

Selain beberapa hal yang tak sama itu, ternyata masih ada perbedaan lainnya. Setelah disiapkan tadi,dan setelah pengawas memberi salam, mereka langsung membaca doa. Sepertinya doa sebelum belajar, doa yang dulu waktu aku kecil aku hafal dan sering aku ucapkan.

"what a surprise," batinku.

Perbedaan yang bagus juga menurutku.

Setelah doa selesai dibaca, aku membacakan tata tertib UN. Semua mendengarkan pastinya, karena memang telinga tidak bisa menolak apa yang ingin mereka dengar. Tapi bukan bahwa mereka memperhatikan tata tertib yang dibaca itu yang penting, mereka mematuhi aturan atau tidak itu yang penting.

Itu juga yang anak-anak ruang 05 perlihatkan. Mereka semua memperlihatkan usaha dalam mematuhi peraturan yang ada. Memang tidak semuanya, tidak 100%, tapi jika diberi skor dengan skala 100 mereka mendapatkan skor 90 untuk sikap mereka dalam melaksanakan ujian. Ada satu dua yang berusaha mencontek, tapi ketika diperingatkan mereka bisa langsung diam dan menurut. Selain satu dua anak yang seperti itu, lainnya bekerja dengan tenang dan jujur.

Singkatnya, ruang 05 merupakan ruang yang hebat! Salut untuk mereka.

Oiya, setelah ujian selesai mereka sebelum keluar juga menyalami para pengawasnya. Hal yang tak pernah aku temui di sekolah-sekolah lain. Yang seperti inilah yang seharusnya, hormat mereka di awal, dengan menyalami ketika masuk, dibuktikan dengan sikap mereka yang bekerja dengan jujur, dan diakhiri dengan jabat tangan pula. Surely, uluran tangan mereka tidak semu.

Aku pikir, yang seperti ini patut ditiru.

Pengawasan di Ruang 08


Setelah break 45 menit, pengawasan di jam kedua dengan mata pelajaran Sosiologi dimulai. Kali ini aku bertugas dengan guru yang tidak aku kenal.

Seperti di ruang 05, meja pengawas di ruang 08 ini juga diletakkan di pinggir. Tapi kemudian,dengan pertolongan dua orang anak,meja itu diletakan di tempat seharusnya. Di tengah.

"awal yang bagus," pikirku.

Selayaknya di ruang 05 juga, anak-anak di ruang ini juga menyalami kami. Aku oleh siswa yang cowok (ya iyalah siswa pasti cowok) dan partner pengawas yang kebetulan perempuan dengan siswi-siswi.

Sebelum LJK dibagikan, aku ingin membaca tata tertib UN, tapi,

"ga usah Pak, tadi sudah," kata teman bertugasku.

Meski, sebenarnya tidak setuju, karena tidak mungkin berdebat di waktu seperti itu, akhirnya aku tidak baca tata tertib itu.

Setelah bel mengerjakan berbunyi, anak-anak langsung mengahadap soal-soal yang ada di depan mereka. Aku dan rekanku, selanjutnya, melengkapi Berita Acara, daftar peserta ujian, dan hal-hal lain yang perlu ditulis.

Aku memang bertugas dengan orang yang tidak aku kenal, tapi ternyata, malah aku lebih banyak ngomong ketimbang waktu aku di ruang 05 dengan bu Rini. Tentu saja bukan aku yang berbicara terus, tapi orang yang disebelahku ngajak ngobrol terus. Walaupun sebenarnya aku enggan, tapi tentu saja aku harus menjawab pertanyaannya.

Selain karena pada dasarnya aku ga suka ngobrol, aku enggan berbicara ketika mengawasi karena itu akan mengganggu anak-anak dan, yang lebih buruk, akan membuat mereka mencontek.

Dan inilah yang terjadi, di ruang 08 ada lebih banyak anak yang mencontek. Jika di ruang 05 tadi cuma satu dua anak, dan itu pun bisa langsung diem ketika diperingatkan, di ruang terakhir ini ada lebih banyak anak. Aku sendiri sudah memperingatkan mereka, ada yang langsung diem dan tidak melakukannya lagi, tapi ada juga yang diem sejenak dan mencoba berbuat curang lagi.

Singkatnya, pengawasanku di ruang 08 tidak berjalan dengan baik. Bukan salah siapa-siapa, itu semua salahku karena, meski sudah terlihat enggan berbicara, aku tidak bisa lebih tegas lagi menolak ajakan partner pengawasku untuk mengobrol.

Dari skala 0 sampai 100 maka ruang 08 aku beri nilai 40 untuk kejujuran mereka.

Mereka memang bukan ruang terburuk yang pernah aku awasi selama ujian, tapi jelas mereka jauh lebih buruk dari ruang sebelumnya.

Seperti bumi dan langit.
Tahu nggak, masuk angin adalah satu-satunya penyakit yang hanya ada d Indonesia. Di belahan dunia lainnya, orang-orang tidak mengenal apa itu masuk angin. Atau kalaupun ada namanya akan berbeda. dr. H. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB, ahli penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menyatakan bahwa secara medis, penyakit, yang sering diobati dengan "kerokan", ini tidak ada (Nuzul Akbar Nazar, 2010).

Banyak sekali mitos-mitos tentang masuk angin, yang hampir semuanya salah kaprah. Berikut fakta-fakta dibalik mitos-mitos yang populer di masyarakat Indonesia, sepertiyang dibeberkan oleh dr. Ari:

Masuk angin disebabkan oleh cuaca dan suhu yang dingin.

Faktanya: angin, udara, dan gas memang dapat masuk ke daam tubuh. Namun mekanismenya tidak berhubungan dengan cuaca dan suhu yang dingin. Suhu tubuh manusia akan berdaptasi denga suhu lingkunagn di sekitarnya. "bila suhu udara di luar tubuh cenderung dingin - di bawah 30 derajat celcius, maka pembuluh darah akan bereaksi menjadi menyempit. Secara medis ini dikenal sebagai vasokonstriksi. Tujuannya untuk menyimpan dan menghambat pengeluaran kalori berlebih dari tubuh demi mencegah terjadinya kedinginan - hipotermia," ungkap dr. Ari.

Bila rongga mulut terbuka angin akan dapat masuk ke tubuh.
Faktanya:
Udara memang bisa masuk ke dalam tubuh. Dalam istilah kedokteran hal ini dinamakan aerophagi. "gejala umumnya adalah perut kembung akibat akumulasi gas dan udara yang masuk terkumpul secara berlebih di dalam lambung," Penderita akan mengalami dispepsia, yaitu nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada yang mengakibatkan perut terasa penuh, sakit, bahkan terasa terbakar. Aerophagi juga bisa disebabkan oleh kebiasaan merokok.




Apa yang terjadi pada mobil atau motor jika kita tak pernah membersihkannya? Tentu saja, berdebudan penuh kotoran.

Akibat langsung dari debu ini adalah berkurangnya keindahan kendaraan kita.Tapi bagaimana kalo debu bisa digunakan untuk menghias benda yang kita naiki itu? Gimana bisa? Lihat aja yang di bawah ini.






Itulah yang dilakukan Scott Wade. Dia tinggal di Central Texas selama 20 tahun. Karena selalu melewati jalanan tanah yang berdebu, dia sering membuat “doodle” di debu yang menempel di kaca belakang mobilnya. Awalnya semua dilakukan dengan jari tangan. Satu waktu dia menggunakan ujung popsickle yang sudah dikunyah sebagai kuas. Menyukai efek yang dihasilkan, Scott lalu mencoba menggunakan kuas dan akhirnyya mengembangkan teknik yang digunakannya sekarang ini.

Keahliannya itu membawa dia ke London, Istanbul, Lisbon, Mexico City dan Vancouver & Toronto. Tentu saja juga keliling Amerika Serikat, negara kelahirannya. Bakat yang dimiliki berasal dari ayahnya yang merupakan kartunis amatir.

Dia juga mengajarkan keahliannya itu ke siswa-siswa sekolah. Salah satu yang beruntung adalah siswa sekolah di Abingdon-Avon School District. Pada 2014 mereka mendapatkan demonstrasi, teknik menggambar dengan menggunakan debu dan juga Tanya jawab tentunya.




Keren ya?

Kreatifitas ga butuh tempat. Keterbatasan ga bisa menghalangi kreatifitas. Ga harus memakai kanvas, media apapun bias. Yang dibutuhkan kreatifitas cuma otak, dan Tuhan sudah membekali kita semua dengan organ itu.

Wanna try?

Ini cara Scott Wade membuat lukisan debu.


Semoga menginspirasi.

Yuni (nama samaran), seorang ibu dari empat anak mengalami sakit parah. Penyakit yang diderita itu sudah dalam stadium lanjut, hingga membuatnya harus berbulan-bulan tinggal di rumah sakit. Meskipun demikian, sang suami akhirnya memutuskan membawa Yuni pulang ke rumah, meski belum sembuh, dengan pertimbangan biaya. Pasangan dari ibu itu berkata bahwa jika di rumah sakit terus menerus, maka uang yang dikeluarkan akan sangat banyak hingga akan mengganggu ekonomi keluarga. Tak lama setelah dibawa pulang, Yuni meninggal.

Kasus di atas ialah kisah nyata yang diketahui oleh penulis sendiri. Hal itu bukanlah peristiwa yang langka, malah kejadian seperti itu sering terjadi di sekitar kita. Tanpa adanya bantuan medis, hampir mustahil Ibu tersebut dapat memperoleh kebugarannya kembali. Dari sudut pandang tertentu, contoh di atas bisa disebut sebagai euthanasia juga.

Definisi Euthanasia
Euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu “eu” yang berarti “indah”, “bagus”, atau “terhormat”, dan “thanatos” yang mempunyai makna “mati” (N. Billy, 2008). Jadi secara etimologis, euthanasia dapat diterjemahkan sebagai mati dengan baik atau terhormat.

Dr. Gregor Wolbring menjelaskan bahwa salah satu macam euthanasia adalah euthanasia tidak sukarela, yaitu ketika seseorang diakhiri hidupnya tanpa persetujuannya (http://www.independentliving.org/docs5/Wolbringeuthanasia.html). Dalam kasus Yuni diatas, dia juga tidak dimintai pendapat. Walau, perempuan yang melahirkan empat anak tersebut mampu untuk memberikan pendapat, toh hal tersebut tak dilakukan. Jika bisa memilih maka, ibu tersebut tentu juga ingin tetap dirawat dan diberi kesempatan untuk memperjuangkan kesehatannya.

Misalnya Ibu Yuni dalam keadaan koma, keputusan untuk menghentikan bantuan makanan dan minuman padanya bisa disebut sebagai Euthanasia non sukarela. Arli Aditya Parikesit (2007) dalam Euthanasia dan Kematian Bermartabat: Suatu Tinjauan Bioetika menegaskan bahwa suatu keadaan dimana seorang individu diakhiri nafasnya tanpa persetujuan karena ketidakmampuannya dalam memberikan jawaban karena faktor umur, ketidakmampuan fisik, dan mental maka hal ini disebut euthanasia non sukarela.

Selain dua jenis Euthanasia itu ada pula Euthanasia sukarela. Hal ini terjadi jika seseorang dengan sadar menginginkan kematiannya. Motivasi sadar untuk menghentikan detak jantung ini ada pula yang dikenal sebagai Bantuan bunuh diri, jenis terakhir dari Euthanasia. Perbedaan antara keduannya adalah bahwa euthanasia dilakukan oleh orang ketiga, sedang bantuan bunuh diri dilakukan oleh si pasien sendiri. Misalnya dengan cara menelan atau mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan oleh dokter dengan tujuan untuk meniadakan hidupnya hingga overdosis (Marker dan Hamlon, http://www.internationaltaskforce.org/faq.htm).

Selama ini ada ungkapan terlalu banyak belajar bisa bikin otak panas. Tapi kenyataannya makin banyak belajar justru bisa membuat otak manusia tetap sehat bukan keriting. Otak yang terus berpikir mencegah efek penuaan pada memori dan pikiran.



Peneliti neurobiologis dari UC Irvine menunjukkan bukti visual pertama yang menunjukkan bahwa kegiatan belajar bisa membantu menjaga kesehatan otak bukannya membuat otak keriting. Penelitian ini menggunakan teknik visualisasi model belajar dalam menyusun memori.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Lulu Chen dan Christine Gall menemukan bahwa bentuk-bentuk pembelajaran sehari-hari dapat membantu neuron reseptor menjaga sel-sel otak agar tetap berfungsi secara optimal.

Reseptor ini diaktifkan oleh protein yang disebut dengan brain-derived neurotrophic factor (BDNF), protein ini memfasilitasi pertumbuhan dan perbedaan koneksi atau sinapsis yang bertanggung jawab terhadap komunikasi antar neuron. Sedangkan protein BDNF berfungsi sebagai kunci dalam hal pembentukan ingatan.

"Hasil penemuan ini menunjukkan hubungan antara pembelajaran dengan pertumbuhan otak, sehingga kita dapat memperkuat hubungan tersebut yang memungkinkan terciptanya pengobatan untuk masa depan," ujar Lulu Chen, peneliti lulusan anatomi dan neurobiologi, seperti dikutip dari ScienceDaily, Kamis (4/3/2010).

Peneliti juga menemukan bahwa proses ini berkaitan dengan proses pembelajaran yang berhubungan dengan ritme otak yang disebut dengan ritme theta, irama ini penting dalam hal pengkodean memori baru.

Ritme theta terjadi di daerah hippocampus yang melibatkan banyak neuron yang dapat menembak secara serentak dengan tingkatan 3-8 kali per detik, serta menjadi mekanisme seluler yang mendasari proses pembelajaran dan memori.

"Hubungan ini memiliki implikasi untuk menjaga kesehatan otak agar tetap baik. Terdapat bukti bahwa ritme theta akan melemah saat usia seseorang bertambah sehingga menyebabkan gangguan memori. Karena itu aktivitasnya harus dirangsang agar tidak melemah dan lajunya tetap konstan, sehingga membatasi penurunan memori," ujar Christine Gall, seorang profesor anatomi dan neurobiologi.

Dengan seringnya seseorang mempelajari sesuatu, maka akan membuat pertumbuhan otak tetap sehat. Selain itu rangsangan mental akan membantu mencegah kepikunan.
Saat suasana sepi dan hening otak manusia ternyata masih mampu mendengar suara meskipun suara tersebut tak bisa didengar manusia. Manusia tidak bisa mendengar karena adanya perbedaan jalur perjalanan, yang membuat suara hanya bisa didengar otak.


Peneliti Amerika Serikat menemukan bahwa pada kondisi hening dan sepi, otak masih mendengar suara yang keras dan jelas. Tapi suara ini tidak bisa didengar manusia yang menganggap sekelilingnya tidak ada suara.

Berdasarkan penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim dari University of Oregon ditemukan bahwa ada rute yang terpisah pada awal perjalanan suara dan pemberhentiannya. Padahal selama ini diduga stimulus perjalanan suara melalui jalur-jalur otak adalah sama dari awal hingga akhir.

"Ini adalah sesuatu yang banyak kita lihat di otak yaitu fitur-fitur penting untuk persepsi dari sesuatu hal dan menggambarkannya secara eksplisit," ujar Michael Wehr, ketua peneliti dan psikolog di University of Oregon's Institute of Neuroscience, seperti dikutip dari ABC.net.au, Senin (1/3/2010).
Pernah kesel dengan peraturan di sekolah? Wajar juga seh, kalau sesekali kesel, tapi believe me itu untuk kebaikan kalian.

Pernah merasa peraturan yang ada tu ga penting? Once again, believe me ada peraturan-peraturan lain yang lebih ga penting lagi karena tanpa peraturan itu pun orang-orang tidak mungkin melakukannya.


Lihat daftar peraturan-peraturan ajaib di bawah ini:

THAILAND :Dilarang keluar rumah tanpa mengenakan celana dalam. (Emang siapayang mau ngecek ya? masa di razia? Kalau ketauan ga pake gimana yaaa???)

FILIPINA :
Untuk mengurangi tingkat kemacatan lalu lintas kota Manila , ditetapkan bahwa :
Kendaraan bernomor akhir 1 atau 2 tidak diizinkan beroperasi di hari Senin.
Sedangkan angka 3 & 4 tidak boleh di hari Selasa, 5 & 6 tidak boleh di hari Rabu, 7 & 8 tidak boleh di hari Kamis, 9 & 0 tidak boleh di hari Jumat. Peraturan ini berlaku sejak pukul 07.00 pagi setiap harinya. (ide bagus ne, walau agak rumit seh)

SWISS :

a. Dilarang berkebun di hari minggu. Alasannya : BERISIK!!! (hahaha..ada-ada aja)
b. Walau warga Swiss dilarang menjual, membeli, menyelundupkan, dan memproduksi minuman beralkohol, tapi mereka diizinkan untuk mengkonsumsinya. (peraturan yang aneh)

SWEDIA :
Dilarang mengecat rumah tanpa ijin dari pemerintah dan harus menggunakan cat yang sudah mendapat sertifikat / ijin dari pemerintah. (agak ribet ya)

KOREA SELATAN :Para polisi wajib melaporkan jumlah uang suap yang mereka terima dari para pengendara yang mereka tilang. (Heeee… Aneeeh… Superr Aneeh... -__-’)