>Hari pertama masuk setelah libur UN ini adalah hari yang aku tunggu. Ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan pada anak-anak kelas XI, terutama ke anak-anakku XI Sos 4.
Salah satu yang ingin aku lakukan hari ini adalah memberitahukan tentang rencana untuk mengadakan kantin kejujuran di kelas. Keinginanku untuk mengadakan hal seperti itu bukan karena latah, tapi disebabkan oleh keprihatinanku akan sikap mental anak-anak (dan juga sebagian guru) dalam menghadapi Ujian Nasional. Perilaku yang lebih mementingkan hasil ketimbang proses. Sikap yang seolah-olah mendewakan kelulusan dan mengabaikan kejujuaran. Pandangan yang menganggap ketidaklulusan sebagai hal yang memalukan, walau si anak sudah berusaha dan juga mengerjakan UN tersebut dengan jujur, tapi menganggap kelulusan sebagai hal yang membanggakan, meskipun didapatkan melalui contekan. Yang lebih parah lagi, sudut pandang yang menyalahkan kejujuran sebagai hal yang penyebab ketidaklulusan!
“Dia ga lulus karena ga mau nyontek!”
Duh, celaka benar bangsa ini.
Apakah benar kejujuran lebih rendah dari kebohongan?
Apakah benar kebohongan lebih agung dari pada kejujuran?
Jujur saya prihatin sekali dengan adanya pandangan seperti itu. Sudut pandang seperti itu adalah kanker yang menggerogoti tubug bangsa ini. Penyakit ganas yang mengancam kelangsungan Negara ini. Stadium II! Walau perlu usaha keras tapi masih bisa diselamatkan. Pasti bisa. Yakin bisa.
Hari ini, Senin 27 April 2009, salah satu aksi untuk menyebarkan gerakan kejujuran dimulai. Masih dalam skala kecil memang. Tapi apapun itu, semua harus dilakukan. Every little thing means a lot. Setiap hal dimulai dari hal yang kecil. Yes, maybe it’s a baby step. But as long as it’s sustainable, I believe it will make a difference.
Kantin tersebut diadakan di kelas XI Sos 4. Pada dasarnya ditujukan untuk anak XI Sos 4, tapi terbuka juga untuk anak kelas lain. Jika mereka pengen membeli makanan kecil disitu tentu diperbolehkan. Untuk pertama, kantin tersebut hanya menyediakan minuman kemasan gelas dan permen.
Dua hari yang lalu, Sabtu 25 April 2009, diadakan survey terhadap anak-anak XI Sos 4 untuk mengetahui makanan dan minuman apa saja ang mereka inginkan untuk ada di kantin. Meskipun begitu, untuk hari pertama kantin hanya bisa menyediakan minuman kemasan botol (1 kardus) dan permen (1 toples). Hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu untuk membeli makanan dan minuman untuk persediaan jajan kantin.
Sore ini tadi aku membantu anak-anak untuk melengkapi koleksi snack di kantin. Tadi sesampainya di Cepu aku tak lupa untuk berbelanja makanan kecil di salah satu toko di kota asalku ini. Hasilnya aku memperoleh chocolates, wafelatos, kacang haruda, dan permen tamarind. Tak terlalu banyak memang, tapi untuk permulaan ini sudah awal yang bagus. Diliat dulu responnya gimana.
Yang pasti kantin ini diadakan bukan untuk sekedar mengikuti tren atau bahkan untuk menetahui seberapa banyak pembohong alias pencuri di kelas XI Sos 4 (atau sekolah) tapi untuk melatih kejujuran dalam diri semua anak. Apakah kantin tersebut akan rugi atau tidak bukanlah hal yang penting. Apakah program ini akan sukses atau tidak juga bukanlah impianku. Semua dilakukan sebagai langkah kecil untuk memperbaiki keadaan. Langkah kecil ini, entah itu berarti atau tidak, adalah pesan bahwa kita berusaha untuk menjadi manusia yang jujur.
Kata siapa kita tidak bisa lulus tanpa mencontek?
Kata siapa kita tidak bisa berhasil tanpa curang?
Honesty movement ini menyampaikan pesan bahwa anak-anak SMA N 1 Ngawen bisa lulus tanpa mencontek. Kita bisa berhasil tanpa berbuat curang.
Tunggu gerakan berikutnya.
Salah satu yang ingin aku lakukan hari ini adalah memberitahukan tentang rencana untuk mengadakan kantin kejujuran di kelas. Keinginanku untuk mengadakan hal seperti itu bukan karena latah, tapi disebabkan oleh keprihatinanku akan sikap mental anak-anak (dan juga sebagian guru) dalam menghadapi Ujian Nasional. Perilaku yang lebih mementingkan hasil ketimbang proses. Sikap yang seolah-olah mendewakan kelulusan dan mengabaikan kejujuaran. Pandangan yang menganggap ketidaklulusan sebagai hal yang memalukan, walau si anak sudah berusaha dan juga mengerjakan UN tersebut dengan jujur, tapi menganggap kelulusan sebagai hal yang membanggakan, meskipun didapatkan melalui contekan. Yang lebih parah lagi, sudut pandang yang menyalahkan kejujuran sebagai hal yang penyebab ketidaklulusan!
“Dia ga lulus karena ga mau nyontek!”
Duh, celaka benar bangsa ini.
Apakah benar kejujuran lebih rendah dari kebohongan?
Apakah benar kebohongan lebih agung dari pada kejujuran?
Jujur saya prihatin sekali dengan adanya pandangan seperti itu. Sudut pandang seperti itu adalah kanker yang menggerogoti tubug bangsa ini. Penyakit ganas yang mengancam kelangsungan Negara ini. Stadium II! Walau perlu usaha keras tapi masih bisa diselamatkan. Pasti bisa. Yakin bisa.
Hari ini, Senin 27 April 2009, salah satu aksi untuk menyebarkan gerakan kejujuran dimulai. Masih dalam skala kecil memang. Tapi apapun itu, semua harus dilakukan. Every little thing means a lot. Setiap hal dimulai dari hal yang kecil. Yes, maybe it’s a baby step. But as long as it’s sustainable, I believe it will make a difference.
Kantin tersebut diadakan di kelas XI Sos 4. Pada dasarnya ditujukan untuk anak XI Sos 4, tapi terbuka juga untuk anak kelas lain. Jika mereka pengen membeli makanan kecil disitu tentu diperbolehkan. Untuk pertama, kantin tersebut hanya menyediakan minuman kemasan gelas dan permen.
Dua hari yang lalu, Sabtu 25 April 2009, diadakan survey terhadap anak-anak XI Sos 4 untuk mengetahui makanan dan minuman apa saja ang mereka inginkan untuk ada di kantin. Meskipun begitu, untuk hari pertama kantin hanya bisa menyediakan minuman kemasan botol (1 kardus) dan permen (1 toples). Hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu untuk membeli makanan dan minuman untuk persediaan jajan kantin.
Sore ini tadi aku membantu anak-anak untuk melengkapi koleksi snack di kantin. Tadi sesampainya di Cepu aku tak lupa untuk berbelanja makanan kecil di salah satu toko di kota asalku ini. Hasilnya aku memperoleh chocolates, wafelatos, kacang haruda, dan permen tamarind. Tak terlalu banyak memang, tapi untuk permulaan ini sudah awal yang bagus. Diliat dulu responnya gimana.
Yang pasti kantin ini diadakan bukan untuk sekedar mengikuti tren atau bahkan untuk menetahui seberapa banyak pembohong alias pencuri di kelas XI Sos 4 (atau sekolah) tapi untuk melatih kejujuran dalam diri semua anak. Apakah kantin tersebut akan rugi atau tidak bukanlah hal yang penting. Apakah program ini akan sukses atau tidak juga bukanlah impianku. Semua dilakukan sebagai langkah kecil untuk memperbaiki keadaan. Langkah kecil ini, entah itu berarti atau tidak, adalah pesan bahwa kita berusaha untuk menjadi manusia yang jujur.
Kata siapa kita tidak bisa lulus tanpa mencontek?
Kata siapa kita tidak bisa berhasil tanpa curang?
Honesty movement ini menyampaikan pesan bahwa anak-anak SMA N 1 Ngawen bisa lulus tanpa mencontek. Kita bisa berhasil tanpa berbuat curang.
Tunggu gerakan berikutnya.