>Hari ini seperti hari-hari biasanya aku ngawasi di SMA 1 Jepon. kali ini mapel yang diujikan adalah Geografi. Berangkat jam 06.25an, ketika aku sampai di Jepon keaddan masih sepi. Di ruang pengawas hanya ada satu orang. Guru cowok. Aku ga tau sapa namanya. Jujur, akupun tidak ingin tau. Setelah bersalaman, segera aku duduk di tempat biasanya. Aku masukkan tas dan jaketku ke laci dan segera aku pegang hape-ku.
Inilah alasan mengapa aku tidak inging berbasa-basi. karena aku ingin segera buka soccernet.com. Aku pengen tau skornya Barcelona tadi malem (dan ngecek facebook tentunya...he..). 4-0! yes, Blaugrana menang lagi. Pagi tadi seneng rasanya coz Manchester United menang dan Braca juga menang.
Sambil menunggu bel masuk berbunyi, aku baca-baca berita saja. Tiba-tiba datang guru lain. Waktu hari pertama, tanggal 20 April, aku ngawasi dengan beliau. Tapi, to be frank, aku sudah lupa namanya. maklum pelupa..he.... Bapak tersebut duduk di sebelahku. kali ini otomatis aku harus menghentikan baca-bacaku. Kami ngobrol sebentar (walau sebenernya sampai bel ngobrolnya). Guru itu bercerita tentang sejarah daerah Jipang (aku sendiri ga pernah ke daerah itu. Pun tempatnya aku juga ga tau!). Seru juga seh ceritanya. Lumayan buat bunuh waktu..he...
Tak lama kemudian, Ibu Frisk datang. Waktu itu tempat yang tersisa tinggal di sebelahku, so she got no choice. She, then, sat next to me. Ya biasa...setelah itu kita basa-basi sebentar, trus tiba-tiba bel.
Setelah melihat jadwal pengawasan, aku baru tau kalo aku dapat ruang 7. Kali ini partnerku cewek. Aku belum kenal dengan guru tersebut. Ntar juga kenal sendiri gitu pikrku.
Di SMA Jepon penyelenggaraan UN-nya, menurutku, bagus. Sesudah mengetahui akan mendapat tugas di ruang berapa, para pengawas langsung dilayani oleh panitia yang mengurusi serah terima naskah soal dan lembar jawab. Itupun tiap ruang ditangani oleh satu panitia. Bagus banget. Jadi kami para pengawas tidak perlu antri. Dalam waktu kurang dari 2 menit, para pengawas ruang sudah memperoleh naskah soal UN dan LJUN (Lembar Jawab Ujian Nasiona). Dalam waktu kurang dari 5 menit sejak bel, para pengwas sudah sampai d runag masing-masing. Cukup cepat, dan yang ebih penting lagi, hal ini baik untuk siswa-siswa. Di sekolah tersebut ruang kelasnya juga tertata rapi. Jarak antar bangku juga pas. ga terlalu dekat, juga ga terlalu jauh. Tujuh tegel pas! Hebat. Meja-meja tersebut juga dibalik. Laci di setiap meja dihadapkan depan. Menjaga dari kemungkinan murid-murid berbuat curang. Sementara itu, meja pengawas, sesuai dengan aturan, berada di bagian tengah di depan keas. Bisa dibilang bahwa penataan ruang di SMA 1 Jepon sempurna. Four thumbs up for them. Jujur aku salut.
Selain pengaturan kelas yang tanpa cela, salah satu hal menonjol dari penyelenggaraan UN di satu-satunya SMA negeri se-Jepon yakni adanya lembar refleksi. Lembar tersebut digunakan untuk mengevauasi jalannya UN di SMA tersebut. Positif banget. Dari langkah tersebut bisa disimpukan bahwa SMA Jepon merupakan sekolah yang mau mengkoreksi dirinya sendiri dan tidak takut dikritik. Sekali lagi four thumbs up.
Seperti halnya manusia, tidak ada satupun yang sempurna. Demikian halnya dengan SMA N 1 Jepon. Salah satu kekurangan, dan sayangnya kekurangan ini sangat mengganggu, adalah sikap sebagian siswa-siswanyanya, terutama anak-anak IPS. ketika Ujianberlangsung mereka sibuk toleh kiri toleh kanan. Terkadang hal itu dilakukan saat ujian baru saja berlangsung. Ketika ditegur pun sama saja. Seperti anjing menggonggong kafilah tetap berlalu, pengawas “meggonggong” mereka tetap kerja sama...hwakakaka…hebat sekali! Hingga capek rasanya mengingatkan. Hal lain yang menggangu ialah seringnya mereka ijin ke belakang. Selama aku ngawasi di sekoah tersebut, rekor anak yang ijin keluar ketika ujian berlangsung adalah 10 anak! Itu dari ruang yang aku awasi.entah runag lain. Pada saat-saat tersebut di luar ruang ujian terlihat anak hilir mudik ke beakang. Serasa bukan ujian saja. Meskipun demikian, tatkala mengawasi ruang yang terdiri dari anak-anak IPA, hal seperti itu tidak terjadi. Kaaupun ada, masih dalam batas-batas kewajaran.
Ketika dihadapkan pada situasi seperti itu, serba salah rasanya. Ditegur cara halus tidak bisa, nanti jika dikeras katanya terlalu keras. Waktu itu aku coba tegur pake ironi, tak lulu. Harapanku mereka jadi sadar..eeee...sama aja. Huh pusing. Intinya pengawasan hari ini bikin panas. Jengkel rasanya tadi. Aku juga ragu harus bertindak apa. Kalau itu murid-muridku sendiri seh gampang. noleh dikit ambil aja lembar jawabnya. Baik itu yang nyontek atau yang nyonteki, aku ambil semuanya. Beres. No mercy pokoknya....
Ya itu yang terjadi pagi sampai siang tadi. Situasinya sulit, but it’s part of the job. Sejauh ini aku rasa aku belum bisa mengatasinya, tapi aku percaya aku akan bisa. Aku harus menemukan cara. Apapun itu. Aku harap keadaannya ga akan kayak gitu terus.I must do something. At least, if I can't break the wall, I will climb the wall. I have to climb it. For the sake of my students. Let us see.
0 Post a Comment:
Post a Comment