Hingga kini belum ada obat yang bisa menyembuhkan Orang Dengan HIV AIDS (ODHA). Satu-satunya sang penolong adalah obat ARV (Antiretroviral). Meski tak bisa membasmi virusnya, ARV bisa membuat hidup ODHA lebih baik atau memberi peluang hidup yang agak lama.
Penderita HIV/AIDS yang rutin mengonsumsi ARV terbukti bisa beraktivitas kembali dan mengurangi jumlah penularan. Orang yang mengonsumsi ARV juga bisa mengurangi jumlah virus dalam tubuhnya, karena jumlah virus merupakan faktor prediksi utama dalam hal penularan penyakit HIV/AIDS.
Seperti dituturkan Prof Dr Zubairi Djoerban, SpPD, KHOM bagaimana obat ARV bisa sangat membantu ODHA. Dia menceritakan seorang laki-laki ODHA yang berusia 35 tahun dengan punggung penuh tato, kini memiliki fisik yang baik, nilai CD4 tinggi dan sudah bisa beraktivitas kembali setelah rutin mengonsumsi ARV.
Meski diberikan cuma-cuma banyak ODHA yang tidak mengonsumsi ARV karena telat diidentifikasi penyakitnya. Menurut Dr Zubairi ada kasus tahanan narkoba yang meninggal di rumah tahanan setelah 1,5 tahun dipenjara akibat tidak terdeteksi HIV/AIDS. Padahal jika saja terdeteksi dan minum ARV ada kemungkinan fisiknya lebih kuat menghadapi ganasnya virus HIV.
Pengobatan dengan ARV sampai saat ini masih menjadi andalan dalam mengurangi infeksi HIV/AIDS. Karena diketahui dalam 8 tahun terakhir terjadi pengurangan infeksi baru di Asia Tenggara sebesar 10 persen, Afrika sebesar 17 persen dan Asia Timur sebesar 25 persen. Dengan mengonsumsi ARV membuat kondisi ODHA bisa beraktivitas kembali dan mengurangi jumlah virus yang ada.
"Pada tahun 2010 diharapkan 75 persen ODHA sudah bisa mendapatkan ARV, saat ini dari 200-an ribu ODHA hanya sekitar 18 ribu saja yang mendapatkan obat ARV," ujar Prof Dr Zubairi Djoerban, SpPD, KHOM, selaku Ketua Masyarakat Peduli AIDS Indonesia (MPAI) dalam acara Seminar Advokasi "Akses Universal dan Hak Asasi Manusia" di ruang serba guna depkes, Jakarta, Kamis (26/11/2009).
Banyaknya penderita HIV/AIDS yang meninggal dikarenakan telatnya melakukan pemeriksaan dan baru diketahui setelah memasuki stadium lanjut. Oleh karena Dr Zubairi mengusulkan agar setiap pasien yang datang ke dokter bisa melakukan tes HIV apapun keluhan si pasien.
"Pasien apapun baik yang datang dengan keluhan sakit perut atau sakit gigi, diharapkan melakukan tes HIV. Dan pasien yang memiliki nilai CD4 antara 350-200 atau di bawah 200 harus sudah diberikan ARV," ujar Dr Zubairi.
Penyakit HIV/AIDS ini seringkali tidak menimbulkan gejala, kecuali sudah memasuki stadium lanjut. Sehingga pemeriksaan dini penting dilakukan untuk mengurangi jumlah infeksi baru penyakit HIV/AIDS.
Data Departemen Kesehatan hingga bulan September 2009 diketahui penderita HIV/AIDS di Indonesia mencapai 227 ribu orang. Angka penularan tertinggi terjadi akibat perilaku metroseksual yaitu sebesar 49 persen dan akibat penggunaan jarum suntik (Injecting Drug Users/IDU) sebesar 40 persen.
"Diketahui penggunaan obat ARV bisa menurunkan penderita HIV AIDS hingga 17 persen," ungkap Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) depkes Prof. Tjandra Yoga Aditama.
Sumber: Detik.com
0 Post a Comment:
Post a Comment