>Sebanyak 10 balita (bayi dibawah lima tahun) di Kaltim terjangkit penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV). Kesepuluh balita ini terdapat di dua kota besar di Kaltim, Balikpapan dan Samarinda. Mereka tertular HIV karena ibu mereka terjangkit HIV.
"Sampai saat ini, sudah 10 balita yang terjangkit HIV. Umumnya mereka terjangkit karena ibunya mengidap HIV," kata Kepala Seksi Penanggulangan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Kaltim Sutri Cahyono, Senin (30/11). Sutri menuturkan, penularan itu terjadi melalui ibu hamil penderita HIV kepada bayi yang dikandungnya.
"Penularan dari ibu ke anak juga dapat terjadi melalui air susu ibu (ASI). ASi dari ibu yang terinfeksi HIV juga terbukti mengandung HIV," kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Kaltim A Syahran. Karena itu, ibu yang terinfeksi penyakit HIV dianjurkan untuk tidak menyusui bayinya. Sebagai gantinya, ibu itu dianjurkan menggunakan susu formula.
Namun, penggunaan susu formula ini juga harus tepat dan benar jumlah pengencerannya, pemberiannya, menggunakan air bersih dan matang. Susu botolnya juga harus dalam keadaan benar-benar bersih. Karena, menurutnya, resiko bayi meninggal dengan pembuatan susu formula yang salah sama besarnya dengan bayi yang disusui pengidap HIV/AIDS.
"Jika diketahui sang bayi sudah tertular penyakit HIV/AIDS. Sebaiknya pemberian ASI tetap dilakukan kepada bayi itu," ucapnya.
Sutri menjelaskan, balita yang terjangkit HIV hanya 7 persen dari 1.021 pengidap HIV di Kaltim. Dari 1.021 penderita HIV, sekitar 194 dinyatakan positif menderita Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Sekitar 61 persen dari penderita HIV itu adalah pria dan 39 persen wanita.
"Dari 1.012 penderita HIV itu, sekitar 80 persen adalah penderita usia produktif. Mulai dari 15 tahun hingga 54 tahun. Sekitar 54 persen adalah kaum muda berusia 25 sampai 34 tahun," ucapnya.
Penularan penyakit HIV itu terjadi melalui penularan penyakit HIV ada berbagai cara yakni melalui hubungan seks yang tidak terlindungi (menggunakan kondom) dengan orang yang terinveksi HIV, penggunaan jarum suntik secara bergantian dengan penderita HIV dan transfusi dari darah yang berasal dari penderita HIV.
"Karena itu, tak heran jika banyak dari pengguna narkoba yang menggunakan jarum suntik terkena HIV. Juga mereka yang sering ke lokalisasi dan mereka yang suka berganti-ganti pasangan," ucapnya. Sutri juga menuturkan, saat ini, sekitar 45 persen penyebaran HIV lebih banyak melalui jarum suntik dibandingkan dengan hubungan seksual. "Dulu, penyebaran HIV lebih banyak melalui hubungan seksual. Sekarang, penyebaran lewat jarum suntik menjadi penyebab utamanya," katanya.(reo)
Deteksi Lewat VCT
Masyarakat Kaltim kini tak perlu ragu-ragu lagi jika ingin menanyakan apakah dirinya tertular HIV atau tidak. Di Kaltim, sejak tahun 2005 terdapat sekitar 5 Voluntary Counseling and Testing (VCT) yang tersebar di tiga kota besar, Samarinda, Balikpapan dan Tarakan.
Di Samarinda, VCT terdapat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Wahab Syahranie dan Dirgahayu. Di Balikpapan terdapat di RSUD Dr Kanijoso Djatiwibowo dan RS Tentara Dr Hardjanto. Sementara di Tarakan, terdapat di Rumah Sakit Umum Tarakan.
"Keberadaan VCT ini sebagai tempat bagi masyarakat untuk mengecek apakah mereka tertular HIV dan AIDS atau tidak. Selama ini, masyarakat masih ragu jika ingin menanyakan karena takut informasi tentang dirinya akan terungkap," kata Sekretaris KPA (Komisi) Penanggulangan Acquired Immune Deficiency Syndrome) Kaltim A Syahran, Senin (30/11).
Di VCT, identitas penanya dan informasi lainnya benar-benar akan dijaga VCT. "VCT akan benar-benar menjaga kerahasiannya. Karena itu, tak heran, jika sejak berdirinya, banyak masyarakat yang mengadu. Hasilnya, jumlah penderita HIV naik 2 kali lipat. Dari 500 tahun 2005, menjadi 1.021 di tahun 2009," ucapnya.
Syahran menuturkan, keberadaan VCT ini diutamakan bagi masyarkat yang termasuk dalam kelompok yang memiliki resiko tinggi tertular HIV. Mereka itu seperti pekerja seks, waria, pasangan homoseksual, pengguna narkoba yang menggunakan jarum suntik secara bergantian, ibu yang terinfeksi HIV dan menularkan ke bayinya melalui janin dan air susu ibu serta mereka yang suka berganti-ganti pasangan seks.
"Di VCT, kami menyiapkan tenaga dan peralatan untuk menguji apakah mereka benar-benar tertular penyakit HIV atau tidak. Ada tes HIV melalui tes daerah," ucapnya.
Selain itu, VCT juga menyiapkan tenaga psikolog yang akan membantu mereka yang ternyata hasil tes HIV-nya positif. "Kami akan membantu agar mereka tetap memiliki kepercayaan diri dan keinginan untuk hidup. Memberikan dukungan moral dan mengajak mereka untuk mencegah penyebaran HIV di Kaltim," ucapnya. Segala kegiatan VCT dibiayai oleh Global FUnd. Tahun ini, Global FUnd mengelontorkan sekitar Rp 2,4 miliar untuk kegiatan VCT.
Sumber: Tribun Kaltim
0 Post a Comment:
Post a Comment