Di tiap sekolah selalu ada petugas inti upacara. Mereka lah yang akan menjadi bertugas di hari-hari penting, macam Hari Kemerdekaan, Hari Pahlawan, dan yang semisalnya (kapan ya di Hari AIDS akan diadakan upacara? Atau mungkin Hari Bumi?). Selain petugas yang aku sebut sebelumnya, ada juga petugas lainnya. Mereka adalah siswa-siswi yang ditunjuk untuk menjadi perwakilan kelas sebagai petugas upacara. In other words, setiap minggu, kelas-kelas mendapat giliran untuk menjadi petugas upacara.
Itulah yang akan terjadi pada anak-anak kelasku besuk Senin. Di hari itu, mereka, untuk kedua kalinya di tahun ajaean ini, akan bertugas di hari Senin.
Seperti biasa, seperti yang terjadi di kelas lainnya, di hari Sabtu, sebelum bertugas keesokan Seninnya, kelasku mengadakan latihan upacara. Sebelumnya, tentu, aku pilih dulu siapa-siapa yang akan bertugas. Kali ini aku memilih petugas yang berbeda dengan sebelumnya. Anak-anak yang dulu sudah menjadi petugas, tidak aku pilih kembali. Cara pemilihan itu dengan tujuan untuk memberi keadilan bagi semua anak, dan di saat yang sama memberi kesempatan pada anak lainnya untuk "berbuat sesuatu."
Mereka yang aku tunjuk tadi hampir semuanya enggan sebenarnya. Aku merasa semua tidak mau karena mereka tak berani tampil di depan,atau ga suka. Yang ada di pikirannya, besuk kalau tampil mereka akan diliatin semua orang. Belum-belum mereka berpikir, "jangan-jangan nanti aku akan berbuat kesalahan?" Toh, salah atau nggak kan belum terjadi. Belum tentu berbuat salah kan? Kata siapa akan salah, siapa tau nggak. Mereka punya kecenderungan untuk tidak percaya dengan dirinya sendiri. Karena kecenderungan itulah aku menunjuk mereka, agar mereka bisa melatih kepedeannya.
Selalu ada yang pertama kali untuk segala hal kan? Kalo memang siswa-siswiku itu belon pernah, maka karena itu aku memberinya kesempatan. Agar mereka belajar.
Aku percaya semua anak bisa melakukan sesuatu yang hebat. Jadi tidak ada yang namanya anak yang pintar dalam segalanya. Seorang anak yang dikirim ke semua lomba, mulai dari lomba siswa teladan, olimpiade, cerdas cermat, pidato, debat, baca puisi, hingga makan kerupuk. Bagiku tidak ada anak yang seperti itu.Yang aku percaya adalah setiap anak mempunyai kemampuan untuk menjadi "someone." Mereka hanya harus dipercaya, diberi kesempatan, dan diajari bagaimana cara menjadi hebat.
Termarjinalkannya (baca=terpinggirkannya) anak-anak "hebat" itu terjadi karena "sang guru" tidak mempercayai anak lainnya. Karena sang pendidik merasa anak lainnya tidak bisa, tidak cukup hebat. Atau sebab guru itu takut kalah dan takut dipersalahkan. Dia tak berani ngambil resiko mengirim anak-anak yang tak "teruji", oleh karena itu dia selalu mengirim siswa-siswi yang sudah pernah ikut lomba yang sebagai akibatnya hanya anak-anak itu saja yang dikirim. Bukan karena anak lainnya tidak bisa atau tidak mampu, tapi lebih karena anak-anak lainnya tidak dipercaya, dan, atau, sebab gurunya adalah tipe orang yang ingin main aman. Yang sangat berhati-hati dalam melangkah, hingga saking hati-hatinya dia tidak melangkah sama sekali! Model orang yang tidak suka mengambil resiko, yang menganggap kekalahan adalah dosa yang layak masuk neraka dan akan terbakar di dalamnya. Kekal sengsaranya! Mungkin itu pesan dari kiainya?!
Dengan dasar itulah aku memilih petugas upacara. Aku ingin memberi kesempatan pada mereka untuk belajar. Untuk merasakan sensasi kegugupan saat harus bertugas dan di saat yang sama belajar mengatasinya. Dan ketika bisa mengatasinya, aku ingin mereka sadar bahwa mereka hebat. Jikalau pun mereka gagal dan aku berdosa karenanya, biarlahb aku jadi pendosa dan kekal terbakar apinya. Kalaupun gagal, aku ingin mereka belajar dari kegagalan itu. At least, mereka sudah berani melakukan hal yang mereka takutkan, telah berani menaklukkan their inferiority.
Bagiku, apa yang akan terjadi besok Senin, entah upacara akan berjalan sukses atau tidak bukanlah yang terpenting. Ketika mereka mau dan berani (mungkin aku paksa untuk berani alias memberani-beranikan diri) untuk maju betugas, lepas bagus atau enggaknya, mereka adalah PEMENANG bagiku. Tatkala memutuskan untuk mengiyakan "permohonanku" untuk menjadi petugas mereka adalah JUARA.
Walau mereka mungkin enggan dan tidak percaya dengan kemampuan mereka sendiri, aku yakin besok Senin, anak-anak kelas XI Sosial 4-ku akan bertugas dengan baik.
Berikut ini, JUARA-JUARA yang akan menjadi petugas upacara esok Senin :
- Pemimpin Upacara : Slamet Kamarudin
- Ptotokol : Devi Yulita
- Pemimpin Regu : Achmad Ali Mahmudi, Nunuk Aji Pamungkas
- Pembaca UUD : Yayuk
- Pembaca Doa : Suntari
- Pembawa Naskah Pancasila: Umar
- Petugas Bendera : Yuda, Arom, Indah
- Penjemut Pembina Upacara : Jupri
- Dirigen : Dewi Sudarwati
0 Post a Comment:
Post a Comment