Showing posts with label Kelasku. Show all posts
Showing posts with label Kelasku. Show all posts
Hari pertama masuk sekolah selalu exciting. Menyenangkan dan sekaligus menegangkan. Menyenangkan karena lama ga masuk sekolah dan kangen ma teman-teman. Menegangkan karena kalian bertanya-tanya akan ada di kelas mana, sama siapa.

Bagi aku, to be frank, jujur, aku tak tahu harus berharap apa. Siapapun yang menjadi muridku, kelas manapun yang akan menjadi kelasku, semua akan tetap menyenangkan. Walaupun sepertinya ga ada bedanya tapi aku sendiri ga sabar untuk melihat anak-anak kelasku dan juga ketemu dengan anak-anak yang lain, yang dulu aku ajar.

Sebelum hari ini, terakhir ketika masuk, yang aku tahu adalah aku akan menjadi wali kelas anak X-1 (lagi). Sampai pagi tadi pun, ketika ditanya salah satu anak yang sekarang menjadi siswa kelas XII Sosial 4 tentang akan menjadi wali kelas mana, aku menjawab di X-1. Coz memang setahuku ya disitu. Tapi ternyata menjelang siang tadi aku diberitahu Bapak Efan kalau aku berubah menjadi wali kelas XI Sosial 1.

"Okay, that's fine. Kelas manapun pasti hebat," kataku dalam hati.

So, aku kemudian pergi ke kelas XI Sosial 1 menyapa dan memperkenalkan diri ke mereka bahwa aku wali kelasnya.

Kesanku? So far so good. Aku tak berharap apa-apa ketika masuk kelas, tapi mendapat kesan yang bagus.

Satu tahun ke depan, dua semester ke depan pasti menjadi tahun dan semester yang hebat. Tak sabar belajar dengan mereka.
Siang tadi selepas aku membagikan raport aku lihat ada beberapa sms di inboxku. Aku langsung buka kotak pesan masuk itu dan ternyata salah satunya dari muridku. Dia bertanya, "Pak, nilaiku kok B bukan A?"

Menerima pesan dengan pertanyaan seperti itu jujur seneng. Pertama, karena dia kritis, mau bertanya apa yang tidak dia pahami. Kedua, pertanyaan itu secara tidak langsung menunjukkan keinginan dia untuk mendapatkan nilai A. Itu berarti dia mempunyai semangat yang tinggi. Tentu aku bahagia mengetahui ada muridku yang bersemangat seperti itu.

Mungkin saja, selain anak itu, ada diantara kalaian yang bertanya-tanya kenapa nilainya tidak seperti yang dikira. Apapun pertanyaan kalian, feel free to ask. Tanya aja, dan aku akan dengan senang hati menjawabnya.

Kali ini disini aku akan menjelaskan yang ditanyakan salah satu siswaku itu, yang berkaitan dengan nilai afektif. Nilai sikap atau afektif yang aku ambil itu berdasarkan lima indikator, yaitu mengerjakan tugas, jujur dalam mengerjakan tugas/ulangan, tepat waktu dalam mengerjakan tugas, bertanggung jawab, dan berani bertanya/mengemukakan pendapat.


Minggu ini mungkin minggu yang santai buat kalian. Tiap hari kalian pergi ke sekolah hanya untuk main. Tidak ada pelajaran (ya iyalah namanya abis ujian), mungkin sedikit remedy. Sedikit, karena guru-guru pun akan sibuk ngurusi nilai kalian. Itu bukan pekerjaan yang mudah. Paling tidak menurutku.

Kemarin adalah puncaknya. Selasa lalu, seharian dari pulang sekolah sampai Rabu jam 05.0an aku mengerjakan nilai-nilai kalian. Semua mulai mengkoreksi, memasukkan nilai, menghitung, dan mengecek ulang.  Iya bener aku mengerjakannya seharian mulai dari Selasa sampai Rabu. Semenitpun aku tidak tidur untuk menyelesaikan itu semua.

Akibatnya, pagi tadi ketika berangkat ke sekolah aku ngantuk banget. Perjalanan Cepu-Ngawen yang biasanya cuma 1 jam menjadi 1,5 jam lebih. Beberapa kali aku berhenti karena saking ngantuknya. Tapi, aku akhirnya nyampai juga ke sekolah.

Anyway, hari-hari ini selain hari santai, mungkin juga hari yang menegangkan buat kalian. Tegang karena tak tahu entah nanti mendapat nilai berapa, atau bahkan khawatir karena tak tahu naik kelas atau tinggal kelas. Sabtu depan adalah hari penentuannya. Saat artikel ini aku tulis, kurang tiga hari lagi.

Untuk Bahasa Inggris (dan mungkin pelajaran lainnya) kalian tak perlu menunggu lebih lama. Bagi kelas-kelas yang aku ajar, kalian bisa melihatnya disini di blog ini. Klik saja tab yang ada di atas artikel ini. Kelihatan kan?

Nilai-nilai yang aku pasang hanya nilai akhirnya saja. Mungkin sekali nilai itu tidak memuaskan kalian, tapi tolong ingat apa yang aku katakan dulu. Penentunya di nilai semesteran (UAS), jika nilai tes itu bagus maka raport juga kemungkinan besar bagus. Tapi sebaliknya, maka nilai raport juga akan jelek.  Berapapun nilai itu tidaklah terlalu penting. Yang penting adalah kalian sudah berusaha keras untuk itu dan juga jujur dalam mencapainya. Tidak mengapa nilai sekedar empat yang penting sudah mencoba yang terbaik yang kalian bisa.

Jika kalian memang tidak suka dengan nilai itu, maka waktunya evaluasi dan perbaiki lagi kedepannya. Berusaha lah lebih keras agar nilainya nanti akan lebih baik lagi. Karena percuma juga kalian kesal, jengkel, dan sedih karena nilai jelek apabila nanti sikap kalian tetap sama, jam belajar tidak ditambah, tidak belajar lebih rajin lagi. Kamu tahu apa itu artinya? Berarti jengkel, kesel, dan sedihmu palsu!

Apakah jengkel, kesel, dan sedih kalian palsu?

Buktikan itu.

Semangatlah. Ini awal bukan akhir.
>Bingung ya baca maksud judulnya? Kalau kamu bukan anak yang sekarang aku ajar pasti bingung. Tu maksudnya adalah kompetisi catatan. Bukan sembarang catatan, tapi bagus-bagusan catatan.

Kompetisi ini sudah dilakukan beberapa waktu lalu. diadakan di kelas X-1, XI Sos 1 - 4. Pemenang di tiap-tiap kelas sudah ada. FYI, yang aku ambil sebagai pemenang hanya satu yang terbaik. Jadi tidak ada pemenang 2, 3 atau 4.

Dalam lomba ini yang aku nilai adalah kreativitasnya, desain, kombinasi warna, dan terutama keberfungsiannya sebagai catatan. Jadi bukan hanya bagus-bagusan desain dan warna, tapi terutama, karya mereka harus berfungsi sebagai catatan.

Maksud dari kompetisi ini adalah sebagai sarana untuk menyalurkan kreativitas dan terutama agar menghias catatan menjadi kebiasaan baru mereka. Diharapkan dengan catatn yang lebih berwarna dan enak dipandang, mereka menjadi semakin rajin dalam membaca buku catatan mereka, yang pada akhirnya bisa meningkatkan prestasi mereka. Impian yang muluk memang. Untuk saat ini aku cuma ingin mengenalkan kebiasaan baru ini kepada mereka. Itu saja.

Berikut ini beberapa contoh catatan yang terbaik dari semua kelas. Kebetulan catatan ini semua berasal dari XI Sosial 3.



Karya diatas dibuat oleh Anyes. Tau kan? Itu tu cewek yang kecil itu..he.... Bagus ya catatannya. Catatan ini yang menjadi juara di kelasnya (bahkan diantara kelas lainnya juga).



Catatan yang di atas, cukup sederhana, tapi bagus. Bagus banget. Anak yang membuatnya bernama Desy. Isi dari catatn itu adalah jenis-jenis teks yang dipelajari di kelas XI semester 1.





Nah, tiga catatan yang kamu liat di atas adalah buatan Ely. Anak yang duduk disebelah Agustina ini paling rajin dalam menghias catatan dibanding yang lain. Saat aku hanya menghias membuat satu catatan, dia malah membuat tiga.

Bagaimana? Pasti bisa menghias dengan lebih baik kan? jangan sampai kalah. Cepetan hias catatanmu, siapa tau kamu jadi pemenangnya. Let makes our study enjoyable. Ayo kita buat belajar kita menyenangkan.
Sekali lagi aku telat meng-update info tentang mading kelas X-1. Sudah dua periode telatnya. Maaf banget untuk semuanya. Saat ini mading kelas X-1 sedang menuju giliran yang ke-4. Saat ini mading yang bertema HIV/AIDS sedang disiapkan. Nanti kalau sudah naik dinsing aku upload beritanya.

Proyek mading kelas ini mungkin bukan lah proyek yang mudah bagi sebagian anak. Malah mungkin kegiatan ini dianggap sebagai kegiatan yang merepotkan, ga penting, atau membosankan! Apapun itu, wajar banget kalau ada yang merasa seperti itu. Apa lagi ditambah dengan berbagai aturan tentang pembuatan dan isi mading, juga tentang deadline, serta denda, yang merepotkan. Tapi semua itu dilakukan bukan tanpa sebab.

Seperti yang kita semua tau, di dunia sekolah, juga ada orang penting, dan orang ga penting. Ada anak yang selalu ditunjuk untuk "tampil", di saat yang sama ada anak yang "tidak terlihat". Anak yang sering tampil itu mungkin akan menjadi pengurus kelas, sekaligus, anggota OSIS. Ikut lomba A hingga lomba Z. Sedang anak satunya, walau mungkin berbakat, tidak ikut satu lomba pun. Mungkin anak itu ingin tampil, tapi tak pernah sekalipun dipercaya. bahkan mungkin anak itu tak berani untuk tampil, karena memang sudah sejak kecil tidak dipercaya untuk tampil, karena dipercaya tidak akan bisa tampil! Karena itulah aku mengadakan proyek mading kelas. Sebab aku ingin semua tampil, semua merasakan bagaimana menjadi sesuatu, menjadi orang penting, meski itu hanya membuat mading.

Memang itu bukanlah alasan satu-satunya, tapi itulah yang paling penting buatku.
Dibawah ini gambar dua mading yang telah tertempel di dinding kelas. maaf banget aku belum bisa memberitahu secara detail tentang mading itu. Di kesempatan berikutnya akan aku unggah info lengkapnya.

Sudah hampir tiga minggu yang lalu sejak anak-anak yang aku ajar (X-1, XI sosial 1 hingga 4) membuat mind map. Kegiatan itu bertujuan untuk memberikan alternatif cara belajar pada mereka. Harapannya mereka tidak hanya belajar dengan mebaca dan menghafal saja, tidak hanya mencatat dengan cara yang konvensional saja, akan tetapi juga melakukannya dengan cara yang lebih fun.

Dari semua mind map yang dikumpulkan, aku memilih beberapa diantaranya sebagai yang terbaik. Ada empat kategori yang aku pilih:

1. Best Effort (usaha terbaik). Anak yang gambarnya terpilih dikategori ini mungkin bukan gambar yang terbaik, tapi usaha mereka dalam menggambar, meski tidak mahir, adalah yang terbaik.
2. Best Coloring (pewarnaan terbaik). Kategori ini diberikan pada mind map yang memiliki kombinasi warna terbaik.
3. Best Breakthrough (terobosan terbaik). Mind map kategori ini mungkin bukanlah seperti mind map sebenarnya. Apa yang mereka buat sangat berbeda dengan mind map, meskipun demikian, gambar itu dibuat dengan sangat menarik hingga, sebagai proses belajar, gambar itu setara dengan mind map yang seharusnya.
4. Best Mind Map (mind map terbaik). Sudah jelas pastinya, gambar ini sesuai dengan prinsip-prinsip pembuatan mind map.


Oiya..pememnag kategori diatas tidak ada di semua kelas. Jika di kelas tertentu, aku rasa tidak ada yang memenuhi kriteria maka kategori tertentu mungkin sekali aku tiadakan.

Berikut ini pemenangnya:

1. Best Effort

IIS HIDAYATI - XI SOSIAL 1



SETYO TEGUH - XI SOSIAL 2



IKA STIANITA - XI SOSIAL 3



MALICHATIL QURO - XI SOSIAL 4



2. Best Coloring


ELMA RUSIANI - X-1



ARIEF N.K. - XI SOSIAL 1





Maaf gambarnya ilang ga bisa ditampilkan lagi. Data-datanya juga aku sudah ga punya lagi.
>Madding kali ini yang aku bicarakan adalah madding kelas. Seperti biasa di kelas-kelasku sebelumnya, di kelas X-1 ini juga ada giliran untuk madding kelas. Sebagai kelompok yang pertama adalah Vita, Ismiralda, Amik, Purwanto, dan Iksan. Mereka semua mendapat tugas untuk membuat madding yang bertema “Guru.” Mengapa guru? Karena untuk memperingati hari Guru se-dunia yang jatuh pada tanggal 5 Oktober.
Iya, memang 5 Oktober sudah lama banget. Tapi memang “Teacher” ini sudah naik dinding pada tanggal lima yang lalu. Cuma memang baru hari ini aku bisa menuliskannya di blog.

Pembuatan madding sendiri sudah dilakukan sejak satu bulan sebelumnya. Pada 7 September anggota tim madding (Purwanto, Iksan, dan Amik) sudah menyebarkan polling yang berkaitan dengan guru. Keesokan harinya, penghitungan hasil jajak pendapat dilakukan oleh lima anggota madding. Setelah itu sempat ada kevakuman. Setelah ditulis oleh Vita danIsmiralda, baru pada tanggal 1-3 Oktober, selama tiga hari berturut-turut pengetikan madding dilakukan oeh Vita. Begitu juga dengan lay out dan design madding yang dilakukan oleh siswi asal Caren itu pada tanggal 4 Oktober. Pagi tanggal 5 Oktober, Purwanto, Ismiralda, dan Vita mulai menempelkan madding karya mereka di dinding kelas.



Jika dilihat dari kemampuan menepati deadline, maka tim madding pertama ini sangat hebat. Mereka pun mulai mengerjakan madding dari jauhijauh hari. Sayangnya setelah itu sempat ada kekosongan waktu. Jika saja mereka bisa mengatur waktu pengerjaan madding dengan baik, pastinya madding mereka yang sudah hebat itu akan semakin hebat lagi. Sebagai awal, tim ini sudah memulai madding kelas dengan baik.Hasil madding yang mereka ciptakan juga tidak asal-asalan. Great job guys. Tidak sabar rasanya menunggu hasil madding kalian berikutnya. Pastinya akan lebih baik lagi.
Hampir dua minggu yang lalu aku dikasih tau oleh anak-anak kelasku bahwa kelas X-1 mendapat giliran mading. Mengetahui hal itu aku lantas menanyakan aturan-aturannya ke anak OSIS. Aku menanyakan tema madingnya dan juga deadline naik dindingnya. Alik, ketua OSIS, yang aku tanya menjelaskan bahwa temanya bebas sedang tenggatnya adalah Sabtu, 9 Agustus. Sejak Senin, 3 Agustus, beberapa anak dari kelas X-1 mulai membuat mading. Anak-anak itu adalah Anik, Annisa, Dimas, Gigih, Ismiralda, Saskia, dan Vita. Pada awalnya yang membuat mading hanya lima orang, yang kesemuanya perempuan. Akan tetapi kemudian Dimas ikut bergabung, dan terakhir Gigih ikut melengkapi tim mading.

Tiap siang selama satu minggu, dari tanggal 3, tim mengadakan rapat pembuatan mading. Meski tiap hari, pembuatan mading bisa dikatakan berjalan lambat. Selain karena tidak terbiasa dengan sistem pembuatan mading yang aku ajarkan, mereka juga cenderung seneng bercanda. Ya ga apa-apa....mungkin emang masih perlu penyesuaian.

Oiya, tema madingnya adalah kemerdekaan, karena momen naik dindingnya bertepatan dengan bulan Agustus, bulan dimana negara kita memproklamirkan kemerdekaannya. Isi madingnya adalah feature tentang kemerdekaan, polling yang berkaitan dengan kemerdekaan pula, juga sedikit wawancara dengan ketua OSIS yang baru serta rubrik "Apa Ya? Sapa Ya?."

Setelah satu minggu proses pembuatan, dan setelah tertunda dua hari, akhirnya pada hari Senin, 10 Agustus mading karya siswa-siswi X-1 bisa tertempel.

Di tiap sekolah selalu ada petugas inti upacara. Mereka lah yang akan menjadi bertugas di hari-hari penting, macam Hari Kemerdekaan, Hari Pahlawan, dan yang semisalnya (kapan ya di Hari AIDS akan diadakan upacara? Atau mungkin Hari Bumi?). Selain petugas yang aku sebut sebelumnya, ada juga petugas lainnya. Mereka adalah siswa-siswi yang ditunjuk untuk menjadi perwakilan kelas sebagai petugas upacara. In other words, setiap minggu, kelas-kelas mendapat giliran untuk menjadi petugas upacara.

Itulah yang akan terjadi pada anak-anak kelasku besuk Senin. Di hari itu, mereka, untuk kedua kalinya di tahun ajaean ini, akan bertugas di hari Senin.

Seperti biasa, seperti yang terjadi di kelas lainnya, di hari Sabtu, sebelum bertugas keesokan Seninnya, kelasku mengadakan latihan upacara. Sebelumnya, tentu, aku pilih dulu siapa-siapa yang akan bertugas. Kali ini aku memilih petugas yang berbeda dengan sebelumnya. Anak-anak yang dulu sudah menjadi petugas, tidak aku pilih kembali. Cara pemilihan itu dengan tujuan untuk memberi keadilan bagi semua anak, dan di saat yang sama memberi kesempatan pada anak lainnya untuk "berbuat sesuatu."

Mereka yang aku tunjuk tadi hampir semuanya enggan sebenarnya. Aku merasa semua tidak mau karena mereka tak berani tampil di depan,atau ga suka. Yang ada di pikirannya, besuk kalau tampil mereka akan diliatin semua orang. Belum-belum mereka berpikir, "jangan-jangan nanti aku akan berbuat kesalahan?" Toh, salah atau nggak kan belum terjadi. Belum tentu berbuat salah kan? Kata siapa akan salah, siapa tau nggak. Mereka punya kecenderungan untuk tidak percaya dengan dirinya sendiri. Karena kecenderungan itulah aku menunjuk mereka, agar mereka bisa melatih kepedeannya.

Selalu ada yang pertama kali untuk segala hal kan? Kalo memang siswa-siswiku itu belon pernah, maka karena itu aku memberinya kesempatan. Agar mereka belajar.

Aku percaya semua anak bisa melakukan sesuatu yang hebat. Jadi tidak ada yang namanya anak yang pintar dalam segalanya. Seorang anak yang dikirim ke semua lomba, mulai dari lomba siswa teladan, olimpiade, cerdas cermat, pidato, debat, baca puisi, hingga makan kerupuk. Bagiku tidak ada anak yang seperti itu.Yang aku percaya adalah setiap anak mempunyai kemampuan untuk menjadi "someone." Mereka hanya harus dipercaya, diberi kesempatan, dan diajari bagaimana cara menjadi hebat.

Termarjinalkannya (baca=terpinggirkannya) anak-anak "hebat" itu terjadi karena "sang guru" tidak mempercayai anak lainnya. Karena sang pendidik merasa anak lainnya tidak bisa, tidak cukup hebat. Atau sebab guru itu takut kalah dan takut dipersalahkan. Dia tak berani ngambil resiko mengirim anak-anak yang tak "teruji", oleh karena itu dia selalu mengirim siswa-siswi yang sudah pernah ikut lomba yang sebagai akibatnya hanya anak-anak itu saja yang dikirim. Bukan karena anak lainnya tidak bisa atau tidak mampu, tapi lebih karena anak-anak lainnya tidak dipercaya, dan, atau, sebab gurunya adalah tipe orang yang ingin main aman. Yang sangat berhati-hati dalam melangkah, hingga saking hati-hatinya dia tidak melangkah sama sekali! Model orang yang tidak suka mengambil resiko, yang menganggap kekalahan adalah dosa yang layak masuk neraka dan akan terbakar di dalamnya. Kekal sengsaranya! Mungkin itu pesan dari kiainya?!

Dengan dasar itulah aku memilih petugas upacara. Aku ingin memberi kesempatan pada mereka untuk belajar. Untuk merasakan sensasi kegugupan saat harus bertugas dan di saat yang sama belajar mengatasinya. Dan ketika bisa mengatasinya, aku ingin mereka sadar bahwa mereka hebat. Jikalau pun mereka gagal dan aku berdosa karenanya, biarlahb aku jadi pendosa dan kekal terbakar apinya. Kalaupun gagal, aku ingin mereka belajar dari kegagalan itu. At least, mereka sudah berani melakukan hal yang mereka takutkan, telah berani menaklukkan their inferiority.

Bagiku, apa yang akan terjadi besok Senin, entah upacara akan berjalan sukses atau tidak bukanlah yang terpenting. Ketika mereka mau dan berani (mungkin aku paksa untuk berani alias memberani-beranikan diri) untuk maju betugas, lepas bagus atau enggaknya, mereka adalah PEMENANG bagiku. Tatkala memutuskan untuk mengiyakan "permohonanku" untuk menjadi petugas mereka adalah JUARA.

Walau mereka mungkin enggan dan tidak percaya dengan kemampuan mereka sendiri, aku yakin besok Senin, anak-anak kelas XI Sosial 4-ku akan bertugas dengan baik.

Berikut ini, JUARA-JUARA yang akan menjadi petugas upacara esok Senin :
  • Pemimpin Upacara : Slamet Kamarudin
  • Ptotokol : Devi Yulita
  • Pemimpin Regu : Achmad Ali Mahmudi, Nunuk Aji Pamungkas
  • Pembaca UUD : Yayuk
  • Pembaca Doa : Suntari
  • Pembawa Naskah Pancasila: Umar
  • Petugas Bendera : Yuda, Arom, Indah
  • Penjemut Pembina Upacara : Jupri
  • Dirigen : Dewi Sudarwati
Mereka adalah anak-anak pilihanku.
Madding kali ini sebenarnya juga sudah lewat masanya. Tapi hal tersebut terjadi bukan karena salah tim mading, tapi lebih karena ketidaksesuaian jadwal yang disebabkan oleh banyaknya hari libur. Majalah Dinding kali ini mengambil tema Pendidikan, dalam rangka untuk memperingati hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Mei kemarin.

Pembuatan madding ini sendiri berlangsung lancar. Kelompok ini bahkan tidak meminta bantuanku sama-sekali. Mulai dari pencarian artikel, pengetikan, sampai ke lay out, mereka tidak minta pendapatku sama sekali. Bahkan penempelannya pun aku tidak tahu. Tiba-tiba saja sudah nempel di kelas.

Ada dua hal yang menarik dari madding pendidikan ini. Pertama, warna emas yang ada di madding tersebut. Eye-catching banget. Tidak pernah ada yang memakai warna emas untuk madding mereka, dan ketika warna itu digunakan...pilihan yang sangat tepat dan orisinil banget. Alasan yang kedua adalah penempelan madding yang tinggi sekali. Aku tak habis pikir bagaimana madding itu ditempel.

Seperti terlihat di gambar, madding pendidikan tertempel tinggi di atas madding lainnya.

But anyway, sangat bagus. Kalian sudah melaksanaksn tugas dengan baik. Well done.
>Saat aku melakukan ulangan untuk kelas XI Sosial 3 tadi pagi, aku lihat beberapa anak kelasku, XI Sosial 4, ada di luar kelas. Bukan menunggu giliran ulangan atau remedy, tapi tampaknya karena dihukum keluar kelas.

“wah pinter banget ya anak kelasku,” gitu pikirku.

Langsung saja aku, yang berada di kelas sebeleh, mengambil gambar mereka. Saat aku memfoto mereka tampaknya tahu, dan kemudian menyembunyikan muka mereka. Setelah ulangan di kelas XI Sosial 3 selesai, aku pun segera ke kelasku. Sebenarnya maksud utamaku adalah untuk menandatangi jurnal dan absensi, tapi tak lupa aku mengambil sekali agi gambar “tokoh-tokoh utama” yang tadi ada di luar kelas.

Dan ini gambar mereka,




Tampak dari kiri ke kanan, Pipin, Putri, Sumari, Devi, Yasin, Setiawan, Ricky, Suntari, Slamet Kamarudin.

Berbuat salah adalah salah satu bagian dari manusia. Tapi berbuat kesalahan ketika sebelumnya sudah diperingatkan merupakan sesuatu yang seharusnya tidak terjadi. Kalaupun itu terjadi, maka kita harus siap menerima resikomya.

Life is not about right or wrong, but about, even, when we do wrong, we ready to accept all the consequences. Since, sometimes, we only know whether it is right or wrong when it is all over.

Hope you the best guys.
Note: Tulisan ini dibuat 10 tahun yang lalu. Foto tentang madding yang dibuat juga sudah hilang, entah mengapa. Jadi, jika kalian ingin melihat contoh-contoh mading yang dibuat maka disini tidak ada. Tapi jika ingin baca-baca, maka tentu saja silakan saja. 

Dua hari terakhir, tanggal 29 dan 30 April, beberapa anak kelas XI Sosial 4 setelah bel tanda berakhirnya pelajaran berbunyi masih tetap berada di sekolah. Mereka adalah anak-anak yang mendapatkan giliran untuk menyelesaikan madding. Kelompok yang pertama terdiri dari Nai, Hefi, Puti, Endang, dan Suyati. Sedangkan kelompok yang kedua adalah Aditya, Slamet Kamarudin, Amin Imam,Aridhotul, dan Suntari.

Kelompok pertama sebenarnya sudah harus menyelesaikan madding jauh-jauh hari sebelunbya. Jadi, sebenarnya deadline naik dinding mereka sudah lewat. Mereka bahkan sudah 2x melewati deadline, yang membuat mereka terkena penalty sebesar 5 ribu rupiah untuk masing-masing anak sebanyak 2x pula. Tema madding mereka adalah air, untuk memperingati hari Air Se-dunia yang jatuh pada tanggal 22 Maret. Masa naik dinding madding mereka juga di sekitar tanggal hari itu juga.

Proses pembuatan madding Air di mulai dari bulan Maret. Pencarian referensi juga sudah dilakukan. Akan tetapi hingga deadline tiba madding tersebut tak terselesaikan. Setelah itu prosesnya pun bisa dikatakan terhenti. Ditambah lagi adanya masa libur untuk try out-try out yang membuat kelompok madding tersebut jadi nyante. ancaman adanya denda pun tetap tidak membuat mereka menyelesaikan maddingnya.

Baru pada tanggal 29 April tim tersebut memulai pembuatan madding. semua anggota tim juga hadir di Rabu siang itu. Nai, Putri, Hefi, Yati, dan Endang bekerja sama dalam menyelesaikan urusan mereka yang tertunda.

Seperti yang terlihat di foto di atas, selain anggota tim, juga terdapat Sumari dan Erna yang membantu pembuatan madding. Terutama Sumari (yang berkaus putih) yang membantu dalam menghias madding.

Pada hari Rabu,29 April, tim tersebut membuat madding hingga pukul 15.30.

Karena hari sudah sore, kelompok tersebut akhirnya melanjutkan pembuatan tugas kelas tersebut di keesokan harinya.

Di hari Kamis, 30 April, grup yang terdiri dari lma orang cewek ini mampu menyelesaikan madding dengan cepat. Sekitar jam 2an mereka sudah dapat mengakhiri tugas mereka. Madding pun selesai.Selamat gals.

Kelompok yang kedua, lebih hebat lagi. Mereka bisa menyelesaikan pembuatan madding mereka hanya dalam satu hari. Tema madingnya adalah Bumi, karena untuk memperingati hari Bumi di tanggal 22 April.

Seperti halnya kelompok madding sebelumnya, kelompok madding ini juga dibantu oleh siswa lainnya. Anak-anak yang membantu pembuatan madding adalah Restu Singgih dan M. Imron. Ironisnya, salah satu anggota tim mading, Suntari, malah tidak hadir dengan alasan yang kurang jelas.

Tim ini berhasil menempelkan madingnya pada sekitar pukul 15.00 sore. Pekerjaan pembuatan madding itu sendiri dimulai di jam kosong pada kemarin pagi. Sedang, pencarian sumber-sumber untuk artikel madding sudah dilakukan jauh hari sebelumnya. Bisa dikatakan kelompok ini cukup cepat dalam melaksanakan tugasnya dan bertanggung jawab. Selamat boys.

Sebelum dua kelompok madding tersebut, ada satu kelompok lagi yang sudah menempelkan maddingnya. Tema madding mereka adalah Autisme, untuk memperingati hari Autisme Sedunia yang jatuh pada tanggal 2 April. Anggota kelompok tersebut adalah Aminuddin Aziz, Pipin, dll. Dari semua madding yang pernah ada, karya mereka adalah yang paling hebat. Niat banget maddingnya. Pembuatan madding tersebut juga sudah dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya. Jauh sebelum deadline mereka sudah mencari artikelnya, dan juga menulisnya. ketika deadline sudah dekat, Aziz, salah satu anggota tim, menyerahkan CD yang berisi artikel padaku untuk di-edit. And you know what? Artikelnya dah sempurna. Layoutnya sudah sangat bagus. Aku tinggal mengedit margin dan ukuran kertasnya saja! Di bawah ini adalah madding karya mereka.

Setelah ini, tema maddingnya adalah Pendidikan. Tema tersebut untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional di tanggal 2 Mei. Deadline maddingnya adalah di Senin !! Mei 2009. Tunggu laporannya.