My Best Moment of 2009

, , No Comments
Tahun two thousands and nine sudah hampir berakhir. Banyak sekali yang telah terjadi di tahun ini. Tidak sedikit yang sudah terlupa, tak banyak yang masih diingat. Beberapa hal yang masih kita ingat mungkin karena baru saja terjadi, entah berapa minggu atau beberapa bulan yang lalu, tapi beberapa yang lain masih menempel di otak kita sebab hal tersebut sangat berarti bagi kita.

Lalu apa yang berarti buatku di tahun 09 ini? Here they are :

1. Diterima Kuliah di Magister (S2) Psikologi

Mengapa ini menjadi my best moment number one? Karena kuliah di jurusan sudah merupakan cita-citaku sejak lama. Bahkan saat masuk jurusan bahasa inggris ketika di S1, aku merasa salah jurusan, bahwa seharusnya aku ngambil psikologi saja. Sikap dan perilaku manusia sudah sejak lama menjadi minatku. Sering kali aku sengaja melakukan hal tertentu untuk mengetahui reaksi seseorang. Memperhatikan cara merespon sikapku itulah hal yang menarik. Ketika aku sudah bekerja as a teacher, aku semakin ingin kuliah di jurusan bahasa Inggris karena aku yakin ilmu yang akan aku peroleh akan sangat bermanfaat .

Setelah mencari universitas mana yang paling bagus, jika dilihat dari kurikulum, akreditasi, jarak, dan biaya, aku akhirnya mendaftar di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Ketika aku diterima kuliah disana, rasanya senang bukan main. Bahagia karena keinginanku terkabul. Gembira karena aku bisa belajar lagi.

2. Menang Lomba madding di Jepara

Sungguh pengalaman yang tak bisa terlupakan saat madding SMA 1 Ngawen diumumkan sebagai pemenang lomba madding Telkomsel itu. Senang karena untuk sampai ke Jepara kami (aku dan tim madding) harus berjuang keras (apa perjuangannya bisa kamu baca di best moment no. 3 dan 4, juga di artikel berjudul Jepara dan Lomba Madding Telkomsel). Dan senang karena kami akhirnya memenangkan lomba ini.

Saat itu pengumuman pemenang lomba-lomba lainnya sudah dibacakan. Hanya lomba madding yang tidak dibacakan. Aku dan anggota tim madding lainnya sudah bertanya-tanya mengapa tidak dibacakan. Lalu aku dan Aziz, salah satu anggota tim madding, mencoba mencari tahu. Kami berjalan memutari gedung, dari samping kiri gedung menuju ke belakang, lalu ke samping kanan gedung. Kami mencari panitia untuk bertanya tapi tidak menemukan satu pun panitia.



Terlintas di kepalaku, “jangan-jangan lomba maddingnya tidak diadakan. Jangan-jangan tidak diumumkan.” Berloncatan kekhawatiran-kekhawatiran bahwa usaha keras kami akan sia-sia. Muncul bayangan harus bagaimana nanti aku melapor ke kepala sekolah kalau ini semua tak jelas hasilnya. Sungguh saat itu saat itu aku bingung, aku yakin Aziz dan anggota tim madding lainnya pun demikian.

Di tengah kebingunganku dan Andri, Aziz, Erna, Hefi,Putri, Restu (anggota tim madding), tiba-tiba terdengar,

“pemenang lomba madding…SMA 1 Ngawen!!”

Benar-benar aku tidak bisa gambarkan perasaanku saat itu. Aziz langsung bilang ke aku,

“Pak,menang Pak.”

Aku bisa lihat Aziz merasakan hal yang sama seperti aku rasakan. Bahagia! Entah saat itu aku dan anak asli Wantilgung itu saling bersalaman memberi selamat atau berpelukan (hiii....), aku tidak ingat. Yang aku ingat hanyalah satu. Aku benar benar bahagia.

3. Menang dan lolos Lomba Madding di Purwodadi
Lomba ini adalah awal dari lomba madding di Jepara. Jika menang maka pemenangnya akan dikirim untuk mewakili wilayah Blora dan Grobogan untuk melawan wilayah se-karesidenan Pati, misalnya wilayah Rembang, Pati, Kudus, Demak, dan Jepara. Kami nothing to lose menghadapi lomba ini. Aku tidak tahu kemampuan sekolah lain dalam membuat madding. Aku juga tidak tahu berapa sekolah yang ikut. So, saat itu yang kami pikirkan hanya lah diri sendiri. Kami hanya berusaha membuat madding sebaik mungkin.

Aku ingat waktu itu hari Jumat. Ketika akan berangkat, bahkan, madding belum 100% selesai dikerjakan. Kurang tali untuk pelengkap madding, yang, lucunya, diperjalanan kami malah lupa untuk memasang itu. Aku berangkat dengan Aziz, Restu, dan Andri. Mengapa anggota tim madding yang cewek ga diajak? Waktu itu pertimbangannya adalah karena lombanya mungkin sampai malam maka yang berangkat cowok saja. Apalagi kami memakai motor ke Purwodadinya.

Di lomba pertama ini, kami bahkan sama sekali tidak menyangka untuk menang. Kami tidak berpikir untuk menang, walau keyakinan untuk itu ada. Jadi saat diumumkan sebagai pemenang, anggota tim madding langsung berteriak senang dan berlari ke panggung. Aku tetap di belakang. Bersyukur telah menang, bahagia karena target tercapai.

Saking bahagianya sampai lupa tidak membayar makanan yang sudah disantap..kakakaka… :D

4. Bisa Mengajak Semua Anggota Tim Madding ke Jepara

Setelah menang di Purwodadi maka madding akan kembali di lombakan di Jepara melawan madding lain Se-karesidenan Pati. Pada awalnya semua anggota tim sangat excited akan berangkat, terlebih lagi disana akan bertemu D’Masiv. Ketika Bapak Kepala Sekolah memutuskan untuk mengirim sebagian dari anggota tim madding, enam anggota tim madding itu terlihat sedih. Mereka drop mendengar kabar itu. Mungkin yang ada di bayangan mereka adalah pergi bareng-bareng ke Jepara. Selain itu, mulai lah muncul masalah. Terjadi perdebatan siapa yang akan menjadi perwakilan tim madding.

Anggota cewek berpendapat mereka lah yang paling pantas ke Jepara, karena anggota cowok kemarin sudah ke Purwodadi. Anggota cowok tidak sependapat. Mereka bilang mereka harus ke Jepara karena mereka sudah berusaha, dan beberapa bahkan sudah menyiapkan segala sesuatuya untuk ke Jepara. Intinya, kedua belah pihak mengajukan alasan mereka, dan semuanya logis.

Aku pribadi ingin semua berangkat, karena memang madding itu dikerjakan sama-sama. Tapi di sisi lain sekolah ingin perwakilan saja yang berangkat, yang mana itu bisa dimengerti karena tempat lomba yang sangat jauh, 4-5 jam perjalanan, yang otomatis juga perlu biaya lebih banyak. Sekarang tinggal aku yang memutuskan siapa yang akan berangkat dan itu merupakan keputusan yang sulit.

Seingatku, hanya tiga anak yang akan dikirim. Satu anak sudah pasti yaitu Aziz karena dia adalah ketua tim madding. Siapa dua lainnya lah yang membuatku pusing. Setiap anak mengemukakan alasannya untuk ikut. Perdebatan sekali lagi terjadi. Setelah beradu argument cukup lama, akhirnya anggota cowok lainnya mau mengalah. Mereka bilang tak apa-apa tidak ikut. Meskipun demikian masalah tetap ada, karena dari tiga anggota cewek yang ada, hanya dua yang bisa berangkat. Aku kemudian meminta mereka untuk menuliskan alasan kenapa mereka pantas ikut ke Jepara. Dengan wajah dilipat-lipat mereka tiga cewek itu menuliskan argumen mereka. Sedih dan lucu juga melihat reaksi mereka.

Meskipun seolah-olah pasrah, tapi mereka ternyata gigih dalam memperjuangkan keinginan mereka untuk berangkat dalam formasi lengkap ke Jepara. Tanpa sepengetahuanku, Erna, Hefi, dan Putri menghadap ke Kepala Sekolah untuk menyampaikan mereka. Hasilnya, tetep hanya tiga anak yang berangkat tentunya.

Mereka bahkan sempat berencana untuk berangkat sendiri, yang, tentu saja, tidak aku ijinkan. bagaimanapun juga, semua harus sepengetahuan sekolah, tidak boleh berangkat sendiri. Jepara bukan tempat yang dekat.

Hari itu, sampai saat pulang sekolah aku belum memutuskan siapa yang akan berangkat. Aku bilang pada mereka bahwa siapa yang mewakili tim mading akan aku putuskan nanti di rumah setelah membaca argumen yang telah mereka tulis tadi.

Di perjalanan pulang aku mengirim sms ke panitia lomba menanyakan bagaimana nanti disana, terutama berkaitan dengan tiket-tiket. Aku kemudian diminta ke Gerai Halo untuk mengambil tiket. Aku saat menerima kabar itu sudah di Blora sedang hari sudah sore. Aku tidak mungkin balik ke Purwodadi tempat Gerai Halo itu berada. "Ah, ke Gerai Halo Cepu aja. Di Cepu kan juga ada," kataku.

Di Gerai Halo aku langsung menemui mbaknya. Disitu aku dikasih banyak sekali tiket untuk anak-anak SMA 1 Ngawen. Karena menjadi pemenang di kompetesi Madding Telkomsel Zona A, SMANGA diminta untuk mengirim perwakilan sebanyak-banyaknya untuk ke Jepara. Aku langsung berpikir,

"Wah..ini bisa aku sampaikan ke Pak Misgi, siapa tahu dengan ini Pak Misgi berubah pikiran."

Aku tahu kemungkinan itu sangat kecil, karena persiapan yang mepet, ditambah lagi masalah transportasi. Tentu perlu biaya yang tidak sedikit untuk mengirim begitu banyak anak. Meskipun demikian aku tetap bilang ke Bapak Kepala Sekolah.

Kemudian, setelah mendengar penjelasanku, Pak Misgi berkata,

"Anggota tim madding saja yang berangkat kesana."

Senang banget aku mendengar ucapan itu. Berarti semua anggota madding akan berangkat. Setelah itu aku menyampaikan kabar bahagia itu ke tim madding. Tentu tak usah dipertanyakan bagaimana reaksi mereka.

Sampai disini masalah belum berakhir. Kali ini masalah yang ada berkaitan dengan kendaraan yang digunakanke Jepara. Pada awalnya aku berniat mengajak Pak Joko, Guru Biologi dan TIK. tapi di saat terakhir yang bersangkutan ternyata berhalangan. Jujur saat itu aku tidak ada alternatif lain, karena memang dari awal aku merencanakan Pak Joko. Ada kemungkinan lain pada Pak Pratna, tapi saat itu beliau terlihat sibuk hingga membuatku tak berani meminta. Putri, salah satu anggota tim madding, menyatakan kesediaannya untuk mencarikan mobil, tapi sekali lagi usaha itu mentok. Sampai malam sebelum berangkat, aku masih belum mendapatkan kendaaraan. Di saat terakhir itu aku menelpon Pak Edi menanyakan kesanggupan untuk menemani ke Jepara. Pak Edi menjawab,

"bisa," (aku langsung seneng saat itu)

"tapi," (aku langsung khawatir)

"kasihan anak-anak kalau pakai mobil saya. Akan aku carikan mobil lain dulu ya? Nanti saya kabari," (aku sedkit lega)

"Iya pak, makasih,"

Jujur saat itu sebenarnya budget untuk ke Jepara sangat mepet. Tapi yang aku pikirkan adalah gimana caranya agar anak-anak berangkat. Aku tidak peduli entah gimana nanti dengan uangnya. Pokonya harus berangkat.

Singkatnya, akhirnya kami semua berangkat. Dua kata untuk mewakili perasaanku saat itu. Lega dan bahagia.


Empat moment itulah yang paling membahagiakan aku di 2009. Sebagian besar memang berkaitan dengan keikutanku, dan anak-anak, di kompetisi madding Telkomsel. Kerja keras kami semua lah yang membuat moment itu membahagiakan.

Hidup itu indah karena sakitnya.

Dalam konteks cerita di atas, sakitnya kerja keras mengerjakan madding lah yang membuat kemenangan itu indah.

0 Post a Comment:

Post a Comment