Hipnotis Pertama

, , No Comments
Hari Minggu kemarin aku ikut workshop (semacam diklat atau latihan gitu lah) Hypnoparenting. hypnoterapi, dan hipnosa. Biasanya seh, di hari Mingu aku kuliah, tapi kemarin karena kuliah di hari Minggu libur (secara mendadak) akhirnya aku ikut acara itu. Yang ngadain kampusku juga, dalam rangkaian event memperingati Hari Anak Nasional.

Acara, menurut pemberitahuan, dimulai pukul sembilan. Sekitar pukul 8.45 aku sudah ada di tempat. Masih sepi. Aku celingak celinguk kiri kanan mencari teman-temanku yang katanya ikut juga. Kemudian, aku nyoba hubungi mereka. Aku sms mereka tapi ga ada jawaban juga. So, akhirnya aku masuk duluan aja,

Di dalam ruang sudah ada kursi yang ditata melingkar tempat peserta akan duduk, termasuk aku. Aku memilih duduk di sisi kanan depan, dekat dengan layar proyektor. Selain agar bisa melihat dengan jelas, juga agar aku bisa mendengar dengan seksama. Saat itu baru ada enam orang termasuk aku yang ada di ruang. Setelah cukup lama duduk, peserta-peserta lain mulai berdatangan. Begitu juga dengan teman-temanku. Total ada lima temanku yang ikut serta.


Sesi Pertama
Workshop itu terbagi menjadi dua sesi. Di bagian yang pertama, Ken Sasmito, si pembicara, memberikan penjelasan tentang apa, bagaimana dan semua yang berkaitan dengan hypnoparenting. Ada beberapa hal baru, yang membuatku tertarik mendengarkan, tapi sebagian juga berisi hal-hal yang sudah aku ketahui (dan kuasai), hingga membuatku agak bosan dan tak terlalu tertarik mendengarkan.

Di pertengahan sesi diperkenalkan pembicara lain yang akan melatih hynotheraphy dan hypnosa. Dia mengajak kami semua berkenalan, menyalami satu persatu sembari menanyakan, ke beberapa, apakah mau dihipnotis. Hanya dua orang yang mau. Satu, seorang ibu berjilbab kuning. Dua, aku.





Sebagian besar, aku merasa, dari peserta yang ada disitu tidak mau dihipnotis karena takut rahasianya dikorek-korek seperti di Uya Kuya. Hal itu tentu saja tidak akan terjadi. at least, kemungkinannya kecil, coz dalam hipnotis juga ada kode etik. FYI, yang di Uya Kuya, sebelum mereka dihipnotis mereka ditanya terlebih dahulu apakah mau atau tidak. Menurut sumber, mereka juga ditawari imbalan 10 juta untuk dikorek-korek. Setelah itupun, seperti kalian ketahui, mereka juga diminta melihat kembali rekaman untuk menentukan apakah mau ditayangkan atau tidak.

But, sampai sesi pertama berakhir, aku tidak dihipnotis. Saat sesi praktek relaksasi dan hipnosa pun aku tidak menjadi orang yang ditepuk pundaknya atau semacamnya. Dengan kata lain tidak ada ucapan, "untuk orang yang aku tepuk pundaknya, tidur lebih dalam"

Sesi Kedua
Walau di awal sesi kedua juga agak membosankan, sama dengan sesi pertama, tetapi di bagian kedua ini secara keseluruhan lebih menarik. Terutama setelah pembicara atau pengajar kedua menunjukkan bagaimana dia menghipnotis orang. dia menyalami panitia yang ada disitu, dan dalam hitungan ketiga, panitia itu langsung tak sadar.

"Sh*t," spontan aku berkata.


"Kok bisa lho? Kok cepet? Kok gampang?"

Jujur, aku kaget, ga percaya, dan kagum. Semua perasaan itu campur aduk. Aku bertanya-tanya bagaimana dia melakukannya.

Sejak itulah, sesi workshop itu menjadi sangat menarik buatku. Hal itu benar-benar menantang nalarku untuk mengetahui bagaimana caranya. Benar-benar menarik dan hebat!

Setelah itu, aku dan semua peserta yang ada di situ diajarkan lebih mendalam tentang hipnosa. Kalau di first part aku dan semua yang mengikuti acara itu dihipnoterapi secara bersamaan (yang ga ngefek di aku), maka di bagian kedua ini kami diminta berpasang-pasangan untuk praktek hipnotis. Kami diminta secara bergantian salaing menghipnotis.

Ya sudah aku lalu berpasangan dengan teman sebelahku. Aku dan dia mengambil posisi agak ke pinggir dan duduk berhadap-hadapan. Setelah discuss sebentar, diputuskan aku yang terlebih dahulu menghipnotis dia.

Seperti yang sudah diajarkan, aku mencoba menghipnotis temanku itu. Singkatnya, kata temanku, dia berhasil terhipnotis. Katanya dia menjadi ga bisa bergerak, ga bisa membuka matanya meski dia ingin. Jujur aku agak tidak percaya kalau aku berhasil. Mungkin karena itu yang pertama kalinya atau karena takut jangan-jangan temanku itu hanya pura-pura terhipnotis. But, dianya seh sampai bersumpah kalau terhipnotis.

Senang seh karena berhasil, but agak ragu juga. Aku berpikir mungkin aku harus nyoba lagi :-)


Anyway, setelah itu giliranku yang dihipnotis. Kali ini aku benar-benar mencoba untuk terhipnotis. Pertama, karena aku ingin temanku juga berhasil. Kedua, karena aku ingin merasakan bagaimana dihipnotis itu coz itu juga proses pembelajaran menurutku.

Di awal semua berjalan bagus, aku merasa seperti dihipnotis. Tapi, di separuh bagian aku merasa masih punya kontrol akan tubuhku. Aku bahkan bisa membuka sedikit mataku, meski kemudian aku memejamkannya lagi karena berusaha agar terhipntis lagi. Singkatnya, aku merasa hal itu tak terlalu berjalan bagus buatku. Temanku sudah sangat bagus dalam menghipnotis. Aku merasa masalahnya mungkin di aku.


Secara keseluruhan, pengalaman di hari minggu itu membuatku penasaran. Satu, karena aku masih merasa belum benar-benar berhasil dihipnotis. Kurang sempurna menurutku, meski, menurut temanku dan pengajar hipnotis disitu aku disebut berhasil. Kedua, sebab aku belum merasa benar-benar dihipnotis.

Aku dan temanku sudah sepakat untuk berlatih lagi minggu depan. Aku pun merasa aku harus mencobanya sendiri di sekolah. Let us see aja.

0 Post a Comment:

Post a Comment